Selasa, 15 Desember 2009

sejarah pesantren langitan tuban

Sejarah berdiri dan perkembangan
Maret 4, 2008
1.437 Klik

Lembaga pendidikan yang sekarang ini dihuni oleh lebih dari 5500 santri yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan sebagian Malaysia ini dahulunya adalah hanya sebuah surau kecil tempat pendiri Pondok Pesantren Langitan, KH. Muhammad Nur mengajarkan ilmunya dan menggembleng keluarga dan tetangga dekat untuk meneruskan perjuangan dalam mengusir kompeni penjajah dari tanah Jawa

Mushola PP. Langitan putraKH. Muhammad Nur mengasuh pondok ini kira-kira selama 18 tahun (1852-1870 M), kepengasuhan pondok pesantren selanjutnya dipegang oleh putranya, KH. Ahmad Sholeh. Setelah kira-kira 32 tahun mengasuh pondok pesantren Langitan (1870-1902 M.) akhirnya beliau wafat dan kepengasuhan selanjutnya diteruskan oleh putra menantu, KH. Muhammad Khozin. Beliau sendiri mengasuh pondok ini selama 19 tahun (1902-1921 M.). Setelah beliau wafat matarantai kepengasuhan dilanjutkan oleh menantunya, KH. Abdul Hadi Zahid selama kurang lebih 50 tahun (1921-1971 M.), dan seterusnya kepengasuhan dipercayakan kepada adik kandungnya yaitu KH. Ahmad Marzuqi Zahid yang mengasuh pondok ini selama 29 tahun (1971-2000 M.) dan keponakan beliau, KH. Abdulloh Faqih. Untuk lebih jelasnya tentang biografi para Pengasuh Pondok Pesantren Langitan dapat dibaca dalam “Biografi Ringkas Lima Pengasuh Pondok Pesantren Langitan”.

Perjalanan Pondok Pesantren Langitan dari periode ke periode selanjutnya senantiasa memperlihatkan peningkatan yang dinamis dan signifikan namun perkembangannya terjadi secara gradual dan kondisional. Bermula dari masa KH. Muhammad Nur yang merupakan sebuah fase perintisan, lalu diteruskan masa H. Ahmad Sholeh dan KH. Muhammad Khozin yang dapat dikategorikan periode perkembangan. Kemudian berlanjut pada iepengasuhan KH. Abdul Hadi Zahid, KH. Ahmad Marzuqi Zahid dan KH. Abdulloh Faqih yang tidak lain adalah fase pembaharuan.

Dalam rentang masa satu setengah abad Pondok Pesantren Langitan telah menunjukkan kiprah dan peran yang luar biasa, berawal dari hanya sebuah surau kecil berkembang menjadi Pondok yang representatif dan populer di mata masyarakat luas baik dalam negeri maupun manca negara. Banyak tokoh-tokoh besar dan pengasuh pondok pesantren yang dididik dan dibesarkan di Pondok Pesantren Langitan ini, seperti KH.Kholil Bangkalan, KH. Hasyim Asy’ary, KH. Syamsul Arifin (ayahanda KH. As’ad Syamsul Arifin) dan lain-lain.

Dengan berpegang teguh pada kaidah “Al-Muhafadhotu Alal Qodimis Sholeh Wal Akhdu Bil Jadidil Ashlah” (memelihara budaya-budaya klasik yang baik dan mengambil budaya-budaya yang baru yang konstruktif), maka Pondok Pesantren Langitan dalam perjalanannya qenantiasa melakukan upaya-upaya perbaikan dan kontektualisasi dalam merekonstruksi bangunan-bangunan sosio kultural, khususnya dalam hal pendidikan dan manajemen.

Usaha-usaha ke arah pembaharuan dan modernisasi memang sebuah konsekwensi dari sebuah dunia yang modern. Namun Pondok Pesantren Langitan dalam hal ini mempunyai batasan-batasan yang kongkrit, pembaharuan dan modernisasi tidak boleh merubah atau mereduksi orientasi dan idealisme pesantren.

Sehingga dengan demikian Pondok Pesantren Langitan tidak sampai terombang-ambing oleh derasnya arus globalisasi, namun justru sebaliknya dapat menempatkan diri dalam posisi yang strategis, dan bahkan kadang-kadang dianggap sebagai alterna

sejarah pondok tremas pacitan

Asal Nama Tremas
Tremas berasal dari dua kata yaitu Trem berasal dari kata Patrem yang berarti senjata atau keris kecil dan Mas berasal dari kata emas yang berarti logam mulia yang biasa dipakai untuk perhiasan kaum wanita.
Kata ini berkaitan erat dengan cerita tentang dibukanya sebuah hutan yang akhirnya dinamakan Tremas, adapun yang pertama kali membuka hutan tersebut adalah seorang punggawa keraton Surakarta yang bernama Ketok Jenggot, atas perintah raja keraton Surakarta sebagai hadiah atas jasanya yang telah berhasil mengamankan keraton dari mara bahaya.
Dikisahkan pada suatu hari, Raja Keraton Surakarta memerintahkan kepada punggawanya yang bernama Ketok Jenggot untuk menjaga ketat kerajaannya,karena raja bermimpi bahwa hari yang akan datang mau ada bencana yang disebabkan datangnya seorang pencuri yang akan memasuki dan mengambil senjata pusaka yang ada di tempat penyimpanan, maka disuruhnya Ketok Jenggot menjaga dan mempertahankan dengan sebaik-baiknya.
Namun pada suatu hari datang seorang penyusup yang dengan kecerdikannya dapat masuk dalam keraton, akan tetapi usaha penyusup tersebut terlihat oleh Ketok Jenggot hingga terjadilah suatu perkelahian, setelah menghabiskan berpuluh-puluh jurus, maka dengan kesaktiannya, Ketok Jenggot berhasil memenangkan perkelaihan tersebut. Siapakah pencuri tersebut? tak lain adalah sang raja sendiri dengan maksud ingin menguji sampai dimana keperwiraan dan kesaktian Ketok Jengot.
Setelah kejadian itu, maka sang raja pun mengakui bahwa punggawanya tersebut benar-benar patuh dan sakti. Sebagai tanda atas kepatuhan dan kepahlawanannya itu maka sang raja memberikan hadiah kepada Ketok Jenggot berupa senjata Patrem Emas dan memberi tugas untuk membuka hutan di sebelah timur daerah Surakarta.
Demikianlah akhirnya setelah melalui perjuangan yang tidak ringan, Ketok Jenggot berhasil membuka hutan di sebelah timur daerah Surakarta, yang kemudian daerah tersebut bernama Tremas.
Perlu diketahui, bahwa sebelum Ketok Jenggot membuka hutan Tremas, di daerah tersebut sudah ada sekelompok orang yang lebih dahulu datang dan bermukim, yaitu R. Ngabehi Honggowijoyo (ayah Nyai Abdul Manan). Maka dari itu setelah meminta ijin dan memberi keterangan tentang tugasnya, barulah Ketok Jenggot mulai melaksanakan tugasnya dengan membuka sebagian besar hutan di daerah tersebut. Setelah tugasnya selesai, senjata Patrem Emas yang dibawanya itu ditanam ditempat beliau pertama kali membuka hutan tersebut, dan akhirnya daerah yang baru dibukanya tersebut diberi nama “Tremas“.
Demikianlah sekilas cerita tentang asal mula nama Tremas yang dikemudian hari digunakan untuk menyebut sebuah pesantren yang berdiri di daerah tersebut, sedangkan Ketok Jenggot sendiri akhirnya bermukim disitu sampai akhirhaya dan dimakamkan di daerah tersebut.
Awal Mula Berdiri Pondok
Pada abad ke XV M. bumi nusantara ini di bawah naungan kerajaan Majapahit, dan seluruh masyarakatnya masih memeluk agama Hindu atau Budha. Begitu juga daerah Wengker selatan atau di sebut juga Pesisir selatan ( Pacitan ) yang pada waktu itu daerah tersebut masih di kuasai seorang sakti beragama Hindu yang bernama Ki Ageng Buwana Keling, yang di kenal sebagai cikal bakal daerah Pacitan.
Menurut silsilah, asal usul KI Ageng Buwana Keling adalah putra Pejajaran yang di kawinkan dengan salah satu putri Brawijaya V yang bernama putri Togati. setelah menjadi menantu Majapahit maka KI Ageng Buwana Keling mendapat hadiah tanah di pesisir selatan dan di haruskan tunduk di bawah kekuasaan Majapahit. KI Ageng Buwana Keling berputra tunggal bernama Raden Purbengkoro yang setelah tua bernama KI Ageng Bana Keling. Kegoncangan masyarakat KI Ageng Buwana Keling di Pesisir selatan terjadi setelah datangnya Muballigh Islam dari kerajaan Demak Bintara, yang di pimpin oleh KI Ageng Petung ( R. Jaka Deleg / Kyai Geseng ), KI Ageng Posong ( R. Jaka Puring Mas / KI Ampok Boyo ) dan sahabat mereka Syekh Maulana Maghribi. Yang meminta KI Ageng Buwana Keling beserta semua rakyat di wengker selatan untuk mengikuti atau memeluk ajaran Islam.
Namun setelah KI Ageng Buwana Keling menolak dengan keras dan tetap tidak menganut agama baru yaitu agama Islam, maka tanpa dapat dikendalikan lagi terjadilah peperangan antara kedua belah pihak. Peperangan antara penganut agama Hindu yang dipimpin oleh Ki Ageng Buwana Keling dengan penganut agama Islam yang dipimpin oleh Ki Ageng Petung, Ki Ageng Posong dan Syeikh Maulana Maghribi memakan waktu yang cukup lama , karena kedua belah pihak, memang terdiri dari orang-orang sakti. Namun akhirnya dengan keuletan dan kepandaian serta kesaktian para muballigh tersebut peperangan itu dapat dimenangkan Ki Ageng Petung dan pengikut-pengikutnya setelah dibantu oleh prajurit dari Adipati Ponorogo yang pada waktu itu bernama Raden Betoro Katong ( Putra Brawijaya V ).
Dari saat itulah maka daerah Wengker selatan atau Pacitan dapat dikuasai oleh Ki Ageng Petung, Ki Ageng Posong dan Syeikh Maulana Maghribi, sehingga dengan mudah dapat menyiarkan agama Islam secara menyeluruh kepada rakyat hingga wafatnya, dan dimakamkan di daerah Pacitan.
Demikianlah dari tahun ke tahun sampai Bupati Jagakarya I berkuasa ( tahun 1826 ), perkembangan agama Islam di Pacitan maju dengan pesatnya, bahkan tiga tahun kemudian putra dari Demang Semanten yang bernama Bagus Darso kembali dari perantauannya mencari dan mendalami ilmu agama Islam di pondok pesantren Tegalsari Ponorogo di bawah asuhan Kyai Hasan Besari. Sekembalinya beliau dari pondok tersebut di bawah bimbingan ayahnya R. Ngabehi Dipomenggolo mulai mendirikan pondok di desa Semanten ( 2 Km arah utara kota Pacitan ). setelah kurang lebih satu tahun kemudian pindah ke daerah Tremas, maka dari saat itulah mulai berdiri Pondok Tremas.
Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa KH. Abdul Manan pada masa kecilnya bernama Bagus Darso. Sejak kecil beliau sudah terkenal cerdas dan sangat tertarik terhadap masalah-masalah keagamaan. Dalam masa remajanya beliau dikirim oleh ayahnya ke Pondok Pesantren Tegalsari Ponorogo untuk mempelajari dan memperdalam pengetahua agama Islam di bawah bimbingan Kyai Hasan Besari. Selama disana Bagus Darso selalu belajar dengan rajin dan tekun. Karena ketekunannya, kerajinannya serta kecerdasan yang dibawanya semenjak kecil itulah maka kepandaian Bagus Darso didalam menguasai dan memahami ilmu yang dipelajarinya melebihi kawan-kawan sebayanya, sehingga tersebutlah sampai sekarang kisah-kisah tentang kelebihan beliau. Diantara kisah tersebut adalah sebagai berikut :
Pada suatu malam yang dingin dimana waktu itu para santri Pondok Tegalsari sedang tidur pulas, sebagaimana biasasnya Kyai Hasasn Besari keluar untuk sekedar menjengu anak-anak didiknya yang sedang tidur di asrama maupun di serambi masjid. Pada waktu beliau memeriksa serambi masjid yang penuh ditiduri oleh para santri itu, tiba-tiba pandangan Kyai tertumbuk pada suatu pemandangan aneh berupa cahaya yang bersinar, dalam hati beliau bertanya, apakah gerangan cahaya aneh itu. Kalau cahaya kunang tentu tidak demikian, apalagi cahaya api tentu tidak mungkin, sebab cahaya ini mempunyai kelainan. kemudian dengan hati-hati, agar tidak sampai para santri yang sedang tidur, Kyai mendekati cahaya aneh itu. Makin dekat dengan cahaya aneh tersebut keheranan Kyai bertambah, sebab cahaya itu semakin menunjukkan tanda-tanda yang aneh. Dan kemudian apa yang disaksikan Kyai adalah suatu pemandangan yang sungguh luar biasa, ssebab cahaya itu keluar dari ubun-ubun salah satu santrinya. Kemudian diperiksanya siapakah sesungguhnya santri yang mendapat anugerah itu.Tetapi kegelapan malam dan pandangan mata yang sudah kabur terbawa usia lanjut menyebabkan usaha beliau gagal. Namun Kyai Hasan Ali tidak kehilangan akal, dengan hati-hati sekali ujung ikat kepala santri itu diikat sebagai tanda untuk mengetahui besok pagi kalau hari sudah mulai terang. Esoknya sehabis sembahyang Subuh, para santri yang tidur di serambi masjid disuruh menghadap beliau. Setelah mereka menghadap, dipandangnya satu demi satu santri tersebut dengan tidak lupa memperhatikan ikat kepala masing-masing. Disinilah beliau mengetahui bahwa sinar aneh yang semalam keluar dari ubun-ubun salah satu santri nya berasal dari salah satu santri muda pantai selatan ( Pacitan ) yang tidak lain adalah Bagus Darso. Dan semenjak itu perhatian Kyai Hasan Ali dalam mendidik Bagus Darso semakin bertambah, sebab beliau merasa mendapat amanat untuk mendidik seorang anak yang kelak kemudian hari akan menjadi pemuka dan pemimpin umat.
Demikianlah salah satu kisah KH. Abdul Manan pada waktu mudanya di Pondok Tegalsari dalam cerita. Dan setelah Bagus Darso dianggap cukup ilmuyang diperolehnya di Pondok Pesantren Tegalsari, beliau kembali pulang ke Semanten. Di desa inilah beliau kemudian menyelenggarakan pengajian yang sudah barang tentu bermula dengan sangat sederhana. Dankarena semenjak di Pondok Tegalsari beliau sudah terkenal sebagai seorang santri yang tinggi ilmunya, maka banyaklah orang Pacitan yang mengaji pada beliau. Dari sinilah kemudian di sekitar masjid didirikan pondok untuk para santri yang datang dari jauh. Namun beberapa waktu kemudian pondok tersebut pindah ke daerah Tremas setelah oleh ayahnya beliau dikawinkan dengan Putri Demang Tremas R. Ngabehi Hongggowijoyo. Sedang R. Ngabehi Honggowijoyo itu sendiri adalah kakak kandung R. Ngabehi Dipomenggolo.
Diantara faktor yang menjadi penyebab perpindahan Kyai Abdul Manan dari daerah Semanten ke desa Tremas, yang paling pokok adalah pertimbangan kekeluargaan yang dianggap lebih baik beliu pindah ke daerah Tremas. Pertimbangan tersebut antara adalah, karena mertua dan istri beliau menyediakan daerah yang jauh dari keramaian atau pusat pemerintahan, sehingga merupakan daerah yang sangat cocok bagi para santri yang ingin belajar dan memperdalam ilmu agama.
Berdasarkan pertimbangan itulah maka beliau kemudian memutuskan pindah dari Semanten ke daerah Tremas, dan mendirikan pondok pesantren yang kemudian disebut “ Pondok Tremas “. Demikianlah sedikit sejarah berdirinya Pondok Tremas yang dipelopori oleh beliau KH. Abdul Manan pada tahun 1830 M

Periode KH.Abdul Manan
Setelah Bagus Darso ( nama kecil KH. Abdul Manan ) menyelesaikan pelajarannya di Pondok Tegalsari Ponorogo, beliau lantas mendirikan pondok di daerah Semanten [2km arah utara kota Pacitan], Namun dikemudian hari pondok tersebut akhirnya dipindah ke Tremas.
Usaha pertama kali yang dilakukan untuk membangun tempat pengajian sudah barang tentu mendirikan sebuah masjid (terletak agak ke sebelah timur dari masjid yang sekarang). Dan setelah santri-santri dari jauh yang sebagian berasal dari bekas santri-santrinya di Semanten mulai berdatangan, maka dibangunlah sebuah asrama pondok di sebelah selatan masjid. Sudah barang tentu keadaan masjid dan asrama pondok pada waktu itu masih sangat sederhana sekali, atapnya masih menggunakan daun ilalang dan kerangka lainnya masih banyak yang menggunakan bahan dari bambu.
Perkembangan Pondok Tremas pada masa itu sumber dananya diperoleh dari mertuanya, yaitu Demang Tremas Raden Ngabehi Honggowijoyo, karena membangun pondok adalah memang merupakan tujuan utama dari Raden Ngabehi Honggowijoyo untuk mengambil Bagus Darso sebagai menantu.
Adapun pengajian-pengajian pada awal berdirinya masih belum banyak berbeda dengan pengajian pada masa pondok masih terletak di Semanten, yang antara lain :
>>> Pasholatan
>>> Ilmu Taukhid
>>> Fiqh, Tafsir dan lain-lain
Jadi karena Pondok Tremas pada waktu itu masih dalam taraf permulaan dan santrinya juga belum sebanyak pada periode sesudahnya, maka kitab-kitab yang dipakainya juga masih dalam tingkatan dasar.
Demikianlah keadaan pembangunan Pondok Tremas pada masa periode KH. Abdul Manan, hingga wafatnya pada hari Jum’at ( minggu pertama ) bulan Syawal 1282 H. dan dimakamkan di desa Semanten. Beliau meninggalkan tujuh orang putra, yang antara lain adalah KH. Abdulloh
Periode KH.Abdulloh
Sepeninggal KH. Abdul Manan, maka pengasuh atau pimpinan digantikan oleh putranya yang bernama KH. Abdulloh. Pada masa kecilnya beliau mendapatkan pelajaran dasar dari ayahnya sendiri di Pondok Tremas.
Setelah cukup dewasa KH. Abdullloh diajak oleh ayahnya pergi ke Makkah Al-Mukarromah untuk menunaikan ibadah haji, dan menetap di Makkah untuk menuntut ilmu. Setelah beberapa tahun di makkah beliau kembali ke Tremas lagi, dan membantu ayahnya mengajar di Pondok Tremas.
Setelah Pondok Tremas mulai dikenal di daerah-daerah lain, dan kealiman serta keluasan ilmu yang dimiliki beliau, maka mulailah terlihat tanda-tanda bahwa Pondok Tremas yang dimulai dari ilalang dan bambu itu dikemudian hari akan membesar menjadi sebuah pondok yang sangat membahagiakan setiap orang yang mencintainya.
Demikianlah, dalam periode ini mulai berdatangan beberapa santri yang berasal dari daerah lain, seperti Salatiga, Purworejo, Kediri dan lain-lain. Pada waktu itu baik jalan Pacitan-Ponorogo maupun Pacitan-Solo belum ada kendaraan, sehingga orang yang ingin memperdalam ilmu pengetahuan agama Islam ( mengaji ) ke Pondok Tremas harus berjalan kaki dengan melewati gunung-gunung dan hutan yang pada waktu itu masih cukup lebat.
Dapat dibayangkan betapa sukar dan beratnya perjalanan mereka waktu itu. Namun demikian, karena didorong oleh suatu keyakinan yang membaja bahwa perjalanan dalam rangka menuntut ilmu agama Islam adalah perjalanan suci, dimana kematian pada jalan ini mempunyai nilai yang sama dengan kematian jihad fisabilillah, maka keadaan alam Pacitan yang sangat berat itu tidak akan pernah melemahkan tekad mereka untuk sampai ke tempat tujuan. Seperti yang disebutkan dalam sebuah hadist yang artinya :
Abu Darda’ dan Abu Hurairah RA. Berkata, Rosululloh SAW. Bersabda : “ Sungguh satu bab ( ilmu ) yang dipelajari oleh seseorang itu lebih kucintai daripada menjalankan sholat sunat seribu rakaat “. Kata mereka selanjutnya : Rosululloh SAW. Bersabda : “ Apabila kematian merenggut seorang pelajar yang sedang dalam keadaan menuntut ilmu, maka ia adalah mati syahid “. ( Riwayat Al-Bazaar dan Thabrani)
Demikianlah serentak dengan semakin bertambahnya santri-santri dari daerah lain, maka kebutuhan akan tempatpun semakin mendesak dan terasa sangat perlu dibangun asrama baru untuk tempat tinggal mereka. Untuk memenuhi keperluan tersebut maka dibangunlah sebuah asrama di sebelah selatan jalan, yang di masa KH. Dimyathi terkenal dengan nama “ Pondok Wetan “. Demikan juga dalam bidang pendidikan, pada masa KH. Abdulloh ini juga mengalami perkembangan, hal itu disebabkan karena santri lama yang sudah menamatkan kitab-kitab dasar perlu juga dilanjutkan, dan untuk itu harus dibacakan beberapa kitab yang lebih tinggi. Sedang santri lama yang sudah cukup pandai dapat diserahi membaca kitab-kitab dasar bagi santri baru, sementara kyai meneruskan membaca kitab lanjutan untuk santri lama. Begitulah perkembangan Pondok Tremas baik segi fisik maupun pendidikannya. Meskipun perkembangan pada masa KH. Abdulloh ini tidak begitu menyolok bila dibandingkan dengan keadaan Pondok Tremas pada masa KH. Abdul Manan, namun sepanjang KH. Abdulloh memimpin Pondok Tremas telah berhasil meletakkan suatau batu landasan sebagai pangkal berpijak kearah kemajuan dan kebesaran serta keharuman Pondok Tremas dikalangan pondok pesantren khususnya dan pendidikan Islam umumnya.
Keberhasilan KH. Abdulloh dalam meletakkan batu landasan tersebut adalah keberhasilan beliau dalam mendidik putra-putranya sehingga menjadi ulama-ulama yang tidak saja menguasai kitab-kitab yang dibaca, tapi lebih daripada itu juga telah berhasil menyusun berbagai macam kitab yang bernilai dalam ilmu pengetahuan agama Islam, sehingga kemudian muncullah sebutan “ Attarmasie “ yang memperoleh tempat tersendiri dalam dunia ilmu pengetahuan agama Islam di negara Arab.Barangkali karena pengalaman KH. Abdulloh dalam menuntut ilmu di Makkah, sehingga kemudian putra laki-lakinya semua dikirim ke Makkah untuk menuntut ilmu disana. Putra pertama yang dikirim ke Makkah bersamaan musin haji adalah Muhammad mahfudz. Setelah mukim disana beliau menuntut ilmu dengan tekun dibawah asuhan guru utamanya yaitu Syeikh Abu Bakar Syatha sehingga menjadi ulama besar yang mampu mendudukkan dirinya sebagai salah seorang pengajar di Masjidil Haram.
Pada waktu mengajar di Masjidil Haram, kebanyakan murid-muridnya orang jawa, diantara lain saudara-saudaranya sendiri seperti KH. Dimyathi, K. Dahlan, K. Abdul Rozaq, terdapat juga tokoh-tokoh lain yang setelah pulang ke jawa kemudian menjadi kyai besar di daerahnya masing-masing, seperti KH. Hasyim Asy’ari dari Tebuireng Jombang, KH. Dahlan dari Watucongol Muntilan, Raden Mas Kumambang dari Surabaya dan lain sebagainya.
Seperti yang telah disebutkan, bahwa selain sebagai ulama yang menguasai kitab, Syeikh Mahfudz juga mengarang berpuluh-puluh kitab yang sampai sekarang belum dicetak atau diterbitkan, dan disayangkan ada beberapa lembar naskah yang hilang sehingga menjadi penyebab belum dapatnya dicetak. Dan perlu kita ketahui bahwa diantara kitab-kitab karangan Syeikh Mahfudz ada yang dipergunakan oleh hampir semua pondok pesantren di Indonesia, bahkan menurut beberapa keterangan menyebutkan kitab-kitab karangan beliau itu banyak juga yang dipakai sebagai literatur wajib pada beberapa perguruan tinggi di negara-negara arab, misalnya perguruan tinggi di Marokko, saudi Arabia, Iraq dan sebagainya, bahkan sampai sekarang diantara kitab-kitab karangan beliau tersebut masih ada yang dipakai dalam pengajian di Masjidil Haram.
Namun dari berpuluh-puluh kitab karangan Syeikh Mahfudz tersebut terdapat juga beberapa kitab yang sudah dicetak dan diterbitkan, diantara kitab tersebut adalah:
Diceritakan dalam kitab “ Kifayatul Mustafidz “ bahwa Syeikh Mahfudz disamping ketenarannya sebagai seorang alim yang khusyu’ dalam ibadah, tawadlu’ dalam tingkah laku, ridlo dan sabar didalam sikap, juga sebagai seorang ahli dalam Hadist Bukhori. Beliau diakui sebagai seorang isnad ( mata rantai ) yang sah dalam pengajaran Shahih Bukhori. Ijasah ini berasal langsung dari Syeikh Bukhori itu sendiri yang ditulis sekitar 1000 tahun yang lalu dan diserahkan secara berantai melalui 23 generasi ulama yang telah menguasai karya Shahih Bukhori, dan Syeikh Mahfudz adalah merupakan mata rantai yang terakhir pada waktu itu.
Sedang ciri khas Syeikh Mahfudz dalam mengajar di Masjidil Haram adalah kemahirannya dalam menggunakan bahasa Arab secara fasih yang disana sini kadang-kadang diselingi dengan bahasa Jawa. Beliau bermukin terus di Makkah sampai wafatnya pada hari Rabu bulan Rajab tahun 1338 H. dan dimakamkan di Makkah pula dengan upacara yang mengharukan didalam lingkungan keluarga Syatha.
Setelah beberapa tahun Syeikh Mahfudz dikirim ke Makkah, KH. Abdulloh menunaikan ibadah Haji yang ketiga kalinya dengan mengikut sertakan beberapa putranya yang lain, yaitu K. Dimyathi, K. Dahlan, K. Abdur Rozaq dengan maksud agar setelah selesai ibadah Haji mereka akan ditinggalkan di Makkah untuk menuntut ilmu dibawah bimbingan Syeikh Mahfudz dan beliau sendiri akan kembali ke Tremas untuk mengajar santri-santrinya yang selama menunaikan ibadah Haji ke Makkah, Pondok Tremas untuk sementara diserahkan kepada menantunya yang bernama Kyai Muhammad Zaed ( Suami Nyai Tirib / Nyai khotijah ). Namun apa boleh buat, rupanya Alloh Swt. Menghendaki KH. Abdulloh kembali kehadirat-Nya di tanah suci Makkah Almukarromah. Hingga wafatlah pada hari senin malam selasa, 29 Sya’ban 1314 H.
Sepeninggal KH. Abdulloh, untuk beberapa lama Pondok Tremas masih dipimpin oleh Kyai Muhammad Zaed, sementara menanti kedatangan KH. Dimyathi yang kemudian akan meneruskan karya ayah dan kakeknya dalam mengabdi kepada agamanya.
Sementara itu KH. Dahlan setelah kembali dari Makkah kemudian dikawinkan dan diambil menantu oleh Kyai Shaleh Darat Semarang. Kemudian mukim disana hingga wafatnya pada hari Ahad, 7 syawal 1329 H. Dan kemudian dimakamkan di Bergota Semarang, dimana pusaranya berjejer dengan pusara Kyai Saleh Darat Semarang.
Adapun putra-putra KH. Abdulloh lainnya, sebagaimana saudara-saudaranya yang lain, mereka juga memiliki keistimewaan-keistimewaan tersendiri. Kalau KH. Dimyathi termashur karena kesuksesannya dalam membina dan mememajukan pondok, Maka KH. Muhammad Bakri teristemewa dangan Al-Qur’annya, dan KH. Abdurrozaq mempunyai kekhususan dalam bidang thoriqoh, dimana beliau menjadi seorang Mursyid yang mempunyai murid dimana-mana. Beliau wafat pada tanggal 3 April 1958, dan dimakamkan di Tremas
Babad Tremas - Periode KH. Dimyathie 1894-1834
Setelah kita ikuti perkembangan Pondok Tremas pada masa KH. Abdulloh dan bagaimana beliau berhasil mendidik putra-putranya menjadi ulama-ulama yang tangguh baik dalam ilmu maupun dalam amalnya, maka tibalah kini pada masa dimana Pondok tremas dipimpin oleh beliau Hadrotus Syeikh KH. Dimyathi. Suatu masa dimana Pondok Tremas telah mencatat perkembangan yang pesat, baik perkembangan fisiknya maupun perkembangan pendidikannya. Dan pada masa inilah Pondok Tremas berhasil melahirkan kader-kader ulama yang kemudian mempunyai peranan besar dalam perkembangan pendidikan Islam di Indonesia.
Semenjak masa KH. Abdulloh Pondok Tremas sudah mulai dikenal di daerah-daerah lain. Sehingga tahun kepopuleran dan kemashuran Pondok Tremas semakin bertambah, lebih-lebih setelah kitab Syeikh Mahfudz seperti yang kami sebutkan diatas mulai beredar di pulau Jawa dan di tanah Melayu dengan istilah “Attarmasie“, maka makin banyaklah orang-orang dari daerah lain yang berkeinginan kuat untuk untuk menuntut ilmu agama Islam di Pondok Tremas.
Dengan datangnya para santri yang semakin banyak maka timbullah kebutuhan tentang dibangunnnya asrama-asrama baru. Tetapi kali ini masalahnya tidak akan selesai begitu saja dengan dibangunnya asrama tersebut, sebab masalah lain yang berhubungan dengan suasana tata bangunan pondok harus dipikirkan pula, sehingga pembangunan asrama tersebut tidak akan mengganggu dan membawa akibat ketidakteraturan suasana. Berdasarkan pertimbangan inilah maka KH. Dimyathi kemudian mengambil kebijaksanaan untuk memindahkan masjid yang sejak masa KH. Abdul Manan terletak disebelah timur dari masjid sekarang ketengah-tengah pekarangan.
Demikianlah perkembangan pembangunan pondok yang disebabkan makin bertambahnya santri, hingga pada waktu itu jumlah santri hampir mendekati 2000 orang. Seluruh tanah milik kyai hampir semuanya sudah didirikan bangunan-bangunan untuk asrama, baik disebelah selatan jalan, maupun disebelah utara jalan. Masing-masing asrama didirikan dan ditempati oleh santri-santri yang berasal dari satu daerah, oleh karenanya nama-nama pondok atau asrama pada masa itu tergantung dari santri yang bertempat di asrama tersebut, misalnya pondok Cirebon, pondok Pasuruan, pondok Tegal, pondok Solo, pondok Ngawi, pondok Malaysia, pondok Singapura dan sebagainya.
Disamping itu karena perkembangan pendidikan ilmiah juga semakin pesat, maka pada masa kepemimpinan KH. Dimyathi ini pula didirikan sebuah gedung yang digunakan untuk madrasah. Hingga perkembangan ilmiah pada masa KH. Dimyathi ini sangat menyolok bila dibandingkan dengan masa sebelumnya. Pada tahun-tahun permulaan pengajian-pengajian masih ditangani langsung oleh kyai sendiri, tetapi setelah usia kyai bertambah lanjut maka ada beberapa kitab yang diserahkan kepada beberapa orang santri yang oleh KH. Dimyathi dianggap sudah mampu untuk membaca kitab dan menerangkan atau menjelaskan kepada santri yang lain.
Diantara kitab-kitab yang dibaca pada waktu itu banyak mengalami penambahan-penambahan, diantaranya adalah
>>> فتح المعين
>>> تعليم المتعلم
>>> احياء علوم الدين
>>> تفسير الجلالين
>>> الفية ابن مالك
>>> منهاج القويم
>>> صحيح البخارى
>>> صحيح مسلم
Semua kitab-kitab itu diajarkan menurut sistem pengajian yang biasa berlaku di pondok pesantren pada umumnya, misalnya dipakai sebagai kitab pengajian wetonan dan juga sebagai kitab sorogan.
Kemudian pada tahun 1928 M. beberapa santri yang mempunyai pengalaman belajar dibeberapa daerah mengajukan gagasan untuk mengadakan sistem pendidikan madrasah (klasikal), disamping pengajian-pengajian yang sudah berjalan. Rupanya terhadap gagasan tersebut kyai tidak menaruh keberatan apa-apa bahkan merestui, maka dalam tahun itu pula didirikanlah sebuah madrasah yang bernama madrasah Ibtidaiyyah. Murid pertama madrasah ini sebanyak 30 ( tiga puluh ) anak. Namun jika dibandingkan jumlah para santri yang hampir mencapai 2000 orang maka jumlah 30 orang siswa ini menunjukkan bahwa minat para santri terhadap sistem pengajaran semacam ini masih sangat kurang sekali. Dan memang demikianlah kenyataanya, sebab bagi mereka yang sudah terbiasa mengaji dengan tidak pernah terkena kewajiban menghafal, tamrinan dan lain sebagainya, maka sistem madrasah ini tidak menarik sama sekali. Oleh karena itu tidak mengherankan bila madrasah Ibtidaiyah itu kemudian hanya berumur beberapa bulan saja.
Namun demikian usaha-usaha untuk mengadakan perkembangan pendidikan dengan sistem madrasah itu tidak pernah berhenti. Sehingga akhirnya pada tahun 1932 M. dengan dipelopori oleh beliau Kyai Hamid Dimyathi didirikanlah sebuah madrasah yang bernama madrasah Salafiyah. Pada mulanya madrasah tersebut hanya diperuntukkan bagi anak-anak desa sekitar ( masyarakat ), tetapi setelah Kyai Hamid Dimyathi menggantikan ayahnya menjadi kyai, maka madrasah tersebut dibuka pula untuk anak-anak pondok.
Demikianlah perkembangan fisik maupun perkembangan ilmiyah Pondok Tremas di masa KH. Dimyathi, sehingga dapat dikatakan bahwa pada masa itulah kejayaan Pondok Tremas. Dan karena kemajuan, kebesaran serta keharumannya, maka tidak mengherankan bila para alumni dari periode ini banyak yang menjadi tokoh-tokoh yang dapat diandalkan dalam bidangnya masing-masing.
Namun sebelum kita menginjak pada periode selanjutnya, terlebih dahulu akan penyusun sampaikan tentang beberapa hal sekitar kepribadian beliau Hadrotus Syeikh KH. Dimyathi.
Beliau dikenal oleh santri-santrinya sebagai orang yang sangat alim dan tinggi ilmunya, sholeh dan tawadlu’ dalam tingkah lakunya, sabar dalam sikapnya dan sederhana dalam segala-galanya. Beberapa pihak yang dekat dengan kehidupan pribadi beliau menerangkan bahwa KH. Dimyathi tidak pernah menunjukkan kemarahan pada wajah lahiriyahnya, sampai-sampai terhadap seorang santri yang berbuat kesalahan besar dan diputuskan dipulangkan umpamanya, maka dengan nada datar beliau berkata penuh tawadlu’. “ Barangkali yang paling maslahat bagi saudara seyogyanya pulang terlebih dahulu “. dan pulanglah sang santri dengan penyesalan yang dalam. Namun demikian, sikap beliau yang agung tersebut tidak pernah mengurangi ketaatan dan keseganan para santri terhadap pribadi beliau. Dan kebesaran pribadi serta wibawa beliau makin tampak apabila beliau sedang mengajar.
Di tengah-tengah para santri yang memenuhi serambi masjid, dalam suasana yang hening, dengan nada yang pasti dan meyakinkan beliau membaca kitab yang diajarkan baris demi baris, yang kadang-kadang disana-sini diselingi dengan humor yang cukup segar, sementara para santri mendengarkan dengan penuh perhatian. Sehingga sering diceritakan bahwa santri yang paling bodoh sekalipun akan dapat memahami dengan baik, sedang para santri yang cerdas akan dapat menghafalkan dengan mudah sesudah pengajian selesai
:: Babad Tremas - Periode KH. Hamid 1834-1848
Pada masa kecilnya beliau belajar pengetahuan agama Islam di Pondok Tremas, dan kemudian setelah usia remaja melanjutkan pendidikan di Pondok Lasem dibawah bimbingan Al-Mukarrom KH. Ali Ma’sum. Kemudian setelah beberapa tahun di Lasem beliau kembali ke Tremas serta , membantu ayahnya KH. Dimyathi dalam membangun dan membina Pondok Tremas.
Dalam masa kepemimpinan Kyai Hamid Dimyathi ini, apa yang terjadi di Pondok Tremas terbagi menjadi dua fase, yaitu
:: Fase Kemajuan
Tahun-tahun pertama dari masa Kyai Hamid Dimyathi adalah tahun paling jaya, yang merupakan jaman keemasan bagi Pondok Tremas baik dari segi fisik maupun perkembangan pendidikan dan pengajarannya. Jadi disamping dasar-dasar kemajuan yang memang sudah dilakukan pada masa KH. Dimyathi dilakukan juga beberapa usaha yang merupakan penyempurnaan dari usaha usaha sebelumnya
Usaha-usaha tersebut antara lain :
1. Penertiban pengajian, yaitu pengajian-pengajian yang diadakan di kamar-kamar ditiadakan, dan sebagai gantinya beberapa asrama dipakai sebagai tempat pengajian
2. Organisasi pondok diadakan penyempurnaan, baik dalam usaha keuangan, tata usaha administrasi maupun personalianya
3. Penertiban pengajian, yaitu pengajian-pengajian yang diadakan di kamar-kamar ditiadakan, dan sebagai gantinya beberapa asrama dipakai sebagai tempat pengajian
4. Penambahan macam-macam pengajian, yakni pengajian-pengajian yang sudah ada sebelumnya, ditambah dengan beberapa macam pengajian dengan memakai kitab-kitab yang ada pada masa KH.Dimyathi belum pernah dibaca, antara lain :
>>> اتمام الدراية
>>> الحكمة فى مخلوقات الله
>>> الحكمة فى مخلوقات الله
>>> ميزان العمل
>>> كلمة السعادة
5. Pembukaan madrasah Salafiyah untuk para santri yang bertempat tinggal di asrama atau di pondok. Dan memasukkan beberapa mata pelajaraan umum pada madrasah salafiyah tersebut, yaitu :
>>> Bahasa Indonesia
>>> Sejarah Bumi
>>> Ilmu Bumi
>>> Berhitung, dll
6. Membuka perpustakaan, yang bertujuan untuk memenuhi minat baca dan sebagai pendukung belajar para santri. Jadi bagi suatu lembaga pendidikan seperti Pondok Tremas, perpustakaan yang didirikan oleh Kyai Hamid Dimyathi pada tahun 1935 M. tersebut termasuk cukup lengkap. Didalamnya terdapat berbagai macam kitab yang meliputi fiqih, adab, tarikh, hadits dan sebagainya. Kemudian disamping kitab-kitab tersebut, dilengkapi juga dengan majalah-majalah baik yang terbitan dalam negeri juga yang terbitan luar negeri, misalnya:
>>> Majalah Penyebar Semangat dari Surabaya
>>> Majalah Anshor dari Mesir
>>> Majalah Al-Fata dari Mesir, dsb>
:: Fa
: Babad Tremas - Fase Kemunduran
Kemunduran disini disebabkan karena pecahnya perang dunia II, tentara Dai Nippon (Jepang) mendarat di pulau Jawa dalam rangka ekspansinya untuk menguasai Asia Timur Raya.
Dalam keadaan yang tidak menentu itu sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar serta keamanan para santri yang bertempat di Pondok Tremas. Sehingga akibatnya banyak santri Pondok Tremas yang pulang ke kampung halamannya masing-masing, dan keadaan tersebut mengakibatkan juga berhentinya kegiatan belajar mengajar para santri, akhirnya pondok menjadi sepi.
Namun demikian terdapat juga sebagian kecil santri yang tidak meninggalkan pondok karena disebabkan oleh beberapa hal, misalnya belum dapat biaya pulang padahal rumahnya sangat jauh dan menyeberangi lautan, dan sebagainya.
Untuk lebih jelasnya, mengenai fase kemunduran tersebut akan kami bagi dalam beberapa sebab, yaitu :
:: Jepang mendarat di pulau Jawa
Kedatangan Jepang ke jawa benar-benar telah membawa penderitaan bagi rakyat Indonesia. Penderitaan fisik, mental keyakinan, politik, kebudaayaan, ekonomi, pendidikan dan keselamatan setiap orang. Mereka telah merampok kekayaan tanah air, menghancurkan kebudayaan serta adat-istiadat, dan menyebarkan rasa takut serta gelisah dikalangan penduduk. Oleh sebab itu orang tidak sempat berfikir, apalagi berangan-angan tentang politik dan nasib hari depan, karena masing-masing orang telah menghadapi kemungkinan yang paling mendesak.
Akibat buruk yang ditimbulkan oleh tentara Dai Nippon itu juga menimpa terhadap para santri maupun pengasuh Pondok Tremas itu sendiri. Oleh sebab itu maka banyaklah para santri yang pulang ke kampungnya masing-masing kecuali bagi mereka yang tidak dapat pulang karena sesuatu hal. Dan sejak itulah Pondok Tremas mengalami masa kemunduruan.
Kemunduran Pondok Tremas tersebut belum sempat dibenahi sudah disusul oleh peristiwa meletusnya pemberontakan PKI-Muso di Madiun. Sebuah kasus yang lebih dikenal dengan nama “ Affair Madiun “ pada tahun 1948. Suatu peristiwa dimana kaum agama yang menjadi lawan utama kaum atheis jadi korban. Dan peristiwa tersebut sangat merugikan terhadap perkembangan Pondok Tremas, bahkan sampai pada masa fakumnya
:: Pembrontakan PKI di Madiun
Dalam suasana perjuangan yang semakin memuncak pada tahun 1945, Kyai Hamid Dimyathi ikut menerjunkan diri dalam kancah perjuangan. Beliau masuk menjadi anggota KNIP ( Komite Nasional Indonesia Pusat ), dan kemudian beliau masuk menjadi aktifis partai politik Islam Masyumi, ( satu-satunya partai Islam pada waktu itu ). Dalam kedudukannya itu maka akibatnya beliau jarang berada di pondok, sampai akhirnya meletus pemberontakan PKI di Madiun pada tahun 1948.
Pemberontakan diawali dari kota Madiun dan kota Solo, maka kota Pacitan yang juga termasuk wilayah karesidenan Madiun juga bergolak. Maka kaum agama yang menjadi lawan utama kaum atheis menjadi korban. Dan dalam pemberontakan PKI di Madiun ( Affair Madiun ) itu korban yang paling banyak jatuh adalah dari pihak Islam, yang memang bahu-membahu dengan TNI menumpas pemberontakan itu.
Akibat pemberontakan PKI di Madiun tersebut bagi Pondok Tremas tercatat sebagai hari berkabung. Karena pada waktu itu Pondok Tremas juga termasuk salah satu sasaran tentara tentara PKI-Muso yang mengganas, membabi buta dan menghancurkan apa saja yang mereka kehendaki, sehinga keamanan Pondok Tremas menjadi semakin terancam. Dan situasi yang tidak menentu tersebut menyebabkan para santri banyak yang pulang ke rumah masing-masing.
Bahkan pernah suatu waktu Kyai Hamid Dimyathi di panggil langsung oleh Bung Tomo ke Surabaya dalam rangka mengobarkan semangat perjuangan para ulama dan kyai. Tapi karena kesibukan Kyai Hamid Dimyathi di daerah Pacitan sendiri sebagai pimpinan partai Masyumi dan sebagai Kepala Penghulu, maka beliau berhalangan hadir, dan disuruhlah Bapak Mursyid ( kakak ipar beliau ) sebagai penggantinya berangkat ke Surabaya. Sebagai pimpinan partai Masyumi dan sebagai Kepala Penghulu beliau merasa bahwa keadaan dan keamanan di Pacitan sudah sangat kritis, maka beliau kemudian berusaha mengadakan hubungan ke Yogyakarta untuk memberi laporan kepada pemerintah pusat. Namun dalam penyamarannya melakukan perjalanan ke Yogyakarta bersama-sama dengan Pak Joko, Pak Abu Naim, Pak Yusuf, Pak Qosyim ( kakak dan adik ipar ) dan Pak Soimun ( pendereknya ) serta pengikut-pengikutnya yang semua berjumlah 15 orang, di tengah perjalanan sewaktu beristirahat di sebuah warung di daerah Pracimantoro, beliau dan rombongannya dicurigai dan ditangkap oleh gerombolan PKI yang memang sudah menguasai daerah itu.
Setelah beberapa waktu ditahan di Baturetno maka dibawalah Kyai Hamid Dimyathi beserta rombongannya itu ke daerah Tirtomoyo dan dibunuhlah disana dengan dimasukkan begitu saja dalam suatu lobang bersama-sama dengan 13 syuhada’ lainnya ( kecuali Pak Soimun pendereknya yang tidak dibunuh ). Inna lillaahi wainna ilai roji’un.
Menurut persaksian Pak Soimun, diceritakan bahwa setelah beberapa bulan kemudian ( setelah keadaan aman ), diadakan penggalian terhadap para syuhada’ dan pejuang termasuk diantaranya penggalian terhadap jenazah rombongan Kyai Hamid Dimyathi yang berjumlah 14 orang tersebut. Namun setelah lobang itu digali kembali maka jumlah jenazah yang sudah mulai rusak tersebut tinggal 13 orang, dan karena keadaannya sudah rusak maka tidak dapat dikenali lagi satu persatu dan yang manakah jenazah Kyai Hamid Dimyathi. Dan akhirnya ke 13 jenazah tersebut dibawa ke makam pahlawan di Jurug Surakarta, dan sampai sekarang belum diketahui dimana makam beliau. Wallaahu A’lam.
Sejak meningalnya Kyai Hamid Dimyathi ( tahun 1948 ), maka Pondok Tremas tersebut mengalami masa kefakuman sampai tahun 1952. Bangunan pondok yang beberapa tahun sebelumnya masih ramai dihuni oleh para santri kini menjadi kosong, serta banyak yang sudah mulai rusak. Dan para santrinya banyak yang kembali kembali ke kampungnya masing-masing. Alasan pulangnya para santri tersebut disamping adanya suasana politik yang kurang memungkinkan untuk tinggal di pondok duga disebabkan oleh karena kekosongan pemimpin (kyai ), karena pengaruh kyai terhadap para santri sangat besar sehingga kyai dianggap sebagai sumber pemberi ilmu dunia dan akherat, dan juga sebagai seseorang yang paling harus ditaati.
Kemunduran yang sedemikian parahnya itu belum sempat dibenahi sudah disusul dengan bencana yang lain, yaitu datangnya kembali Belanda ke Indonesia ( Agresi Belanda II ) pada tahun 1948
:: Datangnya kembali Belanda ke Indonesia
Seperti diuraikan diatas, bahwa penyebab ketiga kemunduran Pondok Tremas tersebut disebabkan oleh kedatangan kembali Belanda ke Indonesia ( Agresi Belanda II ). Agresi militer tersebut ialah aksi Belanda menyerbu wilayah Republik Indonesia yang kedua kalinya, setelah wakil tinggi mahkota Belanda ( Dr. Beel ) menyatakan tidak terikat lagi oleh persetujuan Renville pada tanggal 18 Desember 1948.
Tanggal 19 Desember 1948 Lapangan Maguwo Yogyakarta diserang oleh Belanda dan berhasil diduduki. Penyerbuan juga terjadi di kota-kota lain. Panglima Besar Jendral Sudirman bersama-sama para pemuda menyusun kekuatan dan melaksanakan strategi perang gerilya dimana-mana.
Oleh karena Pacitan termasuk salah satu kota yang menjadi sasaran serbuan tentara Belanda pada waktu itu, maka ketika diketahui bahwa kota Pacitan akan diserbu oleh tentara Belanda dari laut maka Pacitan dalam keadaan darurat, dan kabupaten Pacitan dipindah ke Arjosari, ( sekarang kecamatan ). Dan atas ijin sesepuh pondok, maka bupati Pacitan memutuskan untuk memindahkan sebagian lembaga pemasyarakatan ke Pondok Tremas yang sudah hampir tidak ada penghuninya, jadi selain digunakan sebagai lembaga pemasyarakatan Pondok Tremas juga digunakan untuk menampung orang-orang yang terlantar akibat penjajahan Jepang.
Kiranya tidaklah mengherankan apabila dalam keadaan yang tidak memungkinkan itu para santrinya pulang ke kampung masing-masing. Jadi sejak itulah maka Pondok Tremas sudah hampir tidak ada santrinya lagi kecuali hanya beberapa orang santri daari daerah sekitar dasn para santri yang tidak pulang karena hal lain. Sehingga dapat dikatakan bahwa mulai tahun itu Pondok Tremas dalam keadaan vakum sama sekali, sampai akhirnya pada tahun 1952 Kyai Habib Dimyathi ( adik Kyai Hamid Dimyathi ) kembali dari Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta mengganti kakaknya membina dan membangkitkan kembali Pondok Tremas yang sudah hampir lima tahun dalam keadaan tidak ak
:: Babad Tremas - Masa Kebangkitan
Seperti telah diuraikan pada bab terdahulu bahwa Pondok Tremas telah berdiri sejak tahun 1830. Dalam perkembangannya pondok tersebut banyak mengalami kemajuan, dan puncak kemajuan itu terlihat pada masa kepemimpinan KH. Dimyathi dan Kyai Hamid Dimyathi. Mendekati berakhirnya masa kepemimpinan Kyai Hamid Dimyathi Pondok Tremas berangsur-angsur mengalami kemunduran. Adapun puncak kemunduran tersebut mulai nampak sejak meninggalnya Kyai Hamid Dimyathi, hingga Pondok Tremas mengalami masa vakum
Sedangkah tokoh-tokoh kebangkitan kembaki Pondok Tremas adalah:
:: KH. Habib Dimyathie
Beliau dilahirkan pada tahun 1923 M. Pada masa kecilnya beliau belajar dasar-dasar pengetahuan agama Islam di Pondok Tremas sendiri. Dan kemudian melanjutkan ke Pondok Al Hidayah Lasem dibawah asuhan KH. Ma’sum. Setelah satu tahun lebih sedikit beliau belajar di pondok tersebut, kemudian kembali lagi ke Tremas. Pada tahun 1937 beliau melanjutkan belajarnya ke Madrasah Salafiyah Kauman Surakarta selama dua tahun lebih sedikit dibawah asuhan KH. Dimyathi Abdul Karim. Dan dari madrasah Salafiyah tersebut beliau kembali lagi pulang ke Tremas. Setelah beberapa waktu di Tremas kemudian melanjutkan belajarnya ke Pondok Popongan dibawah asuhan KH. Mansyur, lantas melanjutkan lagi ke Pondok Pesantren Tebuireng Jombang dibawah asuhan KH. Hasyim Asy’ari sampai kemerdekaan tahun 1945. Sepulangnya dari Tebuireng lalu melanjutkan lagi ke Pondok Pesasntren Krapyak Yogyakarta, dan seterusnya ke Pondok Pesantren Sumolangu Kebumen dibawah asuhan KH. Thoifur Abdurrohman. Selama di Yogyakarta beliau masuk menjadi anggota tentara pejuang Hizbulloh dan menjadi anggota BPRI ( Barisan Pemberontak Republik Indonesia ) pimpinan Bung Tomo, berjuang melawan penjajah di Ambarawa dan bermarkas di Magelang.
Pada awal tahun 1948 beliau pulang ke Tremas, tetapi karena pada waktu itu masih dalam situasi yang serba kacau akibat pemberontakan PKI ( Affair Madiun ), maka beliau bersama pamannya, KH. Abdurrozaq dan kawan-kawannya ditahan oleh PKI di Pacitan.Namun berkat datangnya bantuan tentara Siliwangi ke daerah Pacitan akhirnya beliau-beliau dapat diselamatkan dari rencana pembunuhan oleh PKI.
Setelah beberapa bulan di Tremas beliau meneruskan lagi ke Pondok Pesantren Krapyak, sampai akhir tahun 1952 beliau dipanggil pulang ke Tremas untuk menggantikan kakaknya, Kyai Hamid Dimyathi yang terbunuh akibat terjadinya affair Madiun 1948
:: KH. Haris Dimyathie
Beliau lahir pada tahun 1932 M. Pada masa kecilnya beliau belajar di Pondok Tremas dibawah asuhan para sesepuh pondok. Kemudian pada tahun 1939 melanjutkan belajarnya ke Madrasah Salafiyah Kauman Surakarta dibawah asuhan KH. Dimyathi Abdul Karim sampai kurang lebih tahun 1942 M. Dan semasa pemerintahan penjajah Jepang beliau kembali ke Tremas sampai tahun 1945. Dan kemudian melanjutkan lagi ke Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak Yogyakarta dibawah asuhan KH. Ali Ma’sum.
Tetapi karena situasi kritis yang meliputi Yogyakarta pada waktu itu beliau ikut mengungsi ke daerah Kedung Banteng (masih termasuk wilayah Yogyakarta ) bersama-sama dengan Bapak Mukti Ali ( eks menteri agama RI ), Burhanuddin Harahap dan tokoh-tokoh pejuang lain. Di tempat pengungsian yang cukup lama itu Bapak Mukti Ali dan lainnya berhasil mendirikan sebuah madrasah, dimana untuk beberapa lama KH. Haris Dimyathi ikut menjadi murid, dan kemudian menjadi ustadz sampai kurang lebih tahun 1952. Hingga beberapa waktu kemudian beliau mengikuti jejak kakaknya kembali ke Tremas untuk membina dan membangun kembali Pondok Tremas.
Pada tahun 1945 Bapak Darul Khoiri bin Abdurrozaq ( nama panggilan pak Ndari ) yang selama kevakuman Pondok tremas menjadi pimpinan Madrasah Salafiyah menyerahkan kepemimpinannya kepada KH. Haris Dimyathi
Perlu diketahui bahwa KH Haris Dimyathi ini pernah menjadi menantunya pendiri organisasi Nahdlatul 'Ulama, saat meningkah dengan Nyai Fatimah binti KH. Hasyim Asy'ari dari Tebuireng, namun sayang pernikahan itu tidak berlangsung lama
:: KH. Hasyim Ikhsan
Beliau dilahirkan pada bulan Juli 1912 M. Semasa kecilnya belajar di Tremas sendiri dibawah asuhan para sesepuh, antara lain mBah Nyai Abdulloh serta pada KH. Dimyathi. Pada tahun 1928 meneruskan belajarnya di Pondok Pesantren Al Hidayah Lasem dibawah asuhan KH. Ma’sum bersama-sama dengan Kyai Hamid Dimyathi.
Setelah beberapa tahun kemudian, beliau kembali ke Tremas dan diminta membantu mengajar di Pondok Tremas, tetapi satu tahun kemudian beliau meneruskan belajarnya ke Pondok Lasem lagi dibawah asuhan Kyai Kholil, hingga pada tahun 1934 kembali ke Tremas dan mengajar bersama-sama ustadz lain.
Pada tahun 1948 sampai 1950 beliau menjadi penerangan Agama Islam di Tegalombo, selanjutnya dipindah ke daerah Arjosari. Dan akhirnya mengajar kembali di Pondok Tremas
Babad Tremas - Keadaan Kini
Setelah KH. Habib Dimyathi wafat pada tahun 1998, model kepemimpinan Perguruan Islam Pondok Tremas masih seperti periode-periode sebelumnya, yaitu membagi tugas dengan beberapa putra masyayih yaitu KH. Fuad Habib Dimyathi "Gus Fuad" (putra KH. Habib Dimyathi) sebagai Ketua Umum Perguruan Islam Pondok Tremas, KH. Luqman Hakim "Gus Luqman" (putra KH. Haris Dimyathi) sebagai Ketua Majelis Ma'arif dan KH. Mahrus Hasyim "Gus Mahrus" (putra KH. Hasyim Ihsan) yang menangani bidang sosial kemasyarakatan.
Gus Fuad dan Gus Luqman yang relatif masih muda punya semangat dan keberanian dalam menggunakan prinsip "al Muhafadloh alal Qodimis sholih wal Akhdzu bil Jadidil Ashlah". Pertama yang dibenahi adalah sarana fisik berupa renovasi Masjid Pondok Tremas yang juga milik masyarakat desa Tremas dan pembangunannya diperkirakan akan menghabiskan dana sekitar Rp. 2,5 milyar. Masjid ini direncanakan terdiri dari dua lantai dan terbagi dalam beberapa ruang, antara lain ruang Utama, ruang Sekretariat Pondok Putra, Perpustakaan, Bahtsul Masail, Tahfidzul Qur'an dan ruang Pengajian. masjid ini sengaja dibangun multifungsi, karena masjid merupakan sentral dari semua kegiatan yang ada di Pondok Tremas. Dibangunnya Madrasah Depan Masjid, Asrama Putri V (Astri Lima) dan pavingisasi adalah proyek renovasi lainnya yang diselelnggarakan bersama pembangunan masjid.
Selain pembangunan fisik, pembenahan kurikulum dan peningkatan kualitas santri dalam memahami hukum Islam juga mendapat prioritas dalam periode ini guna mewujudkan motto Pondok Tremas, yaitu :
Mencetak Insan Benar Yang Pintar

Minggu, 13 Desember 2009

bekali bangsa ini dengan akhlak karimah

Bekali bangsa ini dengan akhlakul karimah

Sejenak bila kita perhatikan negri ini,begitu indah dan besar.Sebuah negeri yang berada di zamrud khatulistiwa,terbentang dari sabang hingga merauke,dari miangas sampai pulau rote.dengan hasil alam yang begitu melimpah baik didarat maupun dilautan.belum lagi,di negeri dengan jumlah penduduk mencapai 220 juta lebih dengan populasi tersebar di 33 provinsi ini sangat kaya dengan sumber daya alam yang begitu melimpah.seperti dikutip dari harian pikiran rakyat yang mengemukakan data “world infigure".Negeri ini merupakan negeri penghasil lada putih,buah pala dan kayu lapis nomor satu di dunia.belum lagi sebagai penghasil karet alam,sintetik dan timah kedua di dunia .disamping itu,keragaman budaya dann adat istiadat serta keramahan masyarakatnya, menjadi negeri ini di hargai dan di sanjung oleh negara negara di dunia.
Namun itu semua sekarang bak dongeng belaka.kini semua itu telah bergeser seiring kemajuan zaman.Negeri ini tak ayal bak sebuah rimba yang yang gelap,Yang jauh dari sebuah peradaban.adat ketimuran sedikit demi sedikit mulai di tinggalkan.indikasinya, bahasa bisnis kita adalah kompetisi tanpa nurani.bahasa politik kita adalah tipu daya dan fitnah dan bahasa kejiwaaan kita keterasingan di tengah keramaian.itulah yang terjadi di negeri kita sekarang ini.ada ketidak seimbangan social yang implikasinya bertolak pada rendahnya nilai nilai ahlak dalam praktek kehidupan di negeri ini. Lambat laun,ini semua akan menggerus moral bangsa ini yang menyebabkan terjadinya krisis akhlak .
Akhlak adalah suatu hal yang sangat penting yang harus dimiliki oleh setiap manusia.Dengan akhlak yang baik,akan tumbuh sikap dan prilaku yaag baik pula.inilah salah satu yang menjadi tugas dari rasulullah.menurut ajaran islam berdasarkan praktek Rasulullah,pendidikan akhlak sangatlah penting dalam membina suatu umat atau bangsa. suatu pembangunan tidak hanya ditentukan semata mata oleh besarnya kredit dan besarnya investasi materiil.Namun hal yang harus diperhatikan juga adalah factor manusia yang mengelolanya.Sebesar apapun investasi yang ada,serta besarnya anggaran yang ada,tidak akan membawa kemajuan bagi bangsa ini,jikalau yang mengelolanya adalah orang orang yang tidak memilki akhlak yang mulia.niscaya, segalanya akan berantakan dan menjadi boomerang bagi bangsa ini.Dengan begitu,tidak heran bila praktek praktek tak terpuji semakin banyak bahkan menjadi hal yang lumrah.Demikian pula, pembangunan bangsa ini tidak akan berjalan bila hanya sibuk dengan melontarkan fitnah dan saling mengejek antara manusia atau mungkin terhadap lawan lawan politik. bukan pula dengan hanya saling menyalahkan antara satu dengan yang lainnya. Yang diperlukan sekarang dalam membangun bangsa ini adalah, manusia manusia yang berdedikasi tinggi serta berakhlak mulia yang berorientasi pada perubahan dan kemajuan bangsa.itulah yang sering dikatakan bahwa mengisi kemerdekaan suatu bangsa lebih berat dari pada perjuangan merebut kemerdekaan suatu bangsa.
Oleh karena itu, salah satu program pokok dan perjuangan pokok dari suatu usaha mengisi kemerdekaan ini, yaitu pembinaan akhlak.Pembinaan ini tidak hanya untuk generasi muda saja atauhanya untuk kalangan bawah saja,melainkan menyentuh semua kalangan.baik muda,tua,bawahan maupun atasan.terlebih bagi atasan dengan kata lain pemimpin.hal ini penting di tanamkan.Dengan begitu,bila seorang pemimpin yang memiliki akhlak yang baik,maka akan memberikan nilai nilai tauladan bagi rakyatnya.maka muncul nilai nilai akhlak dalam dirinya.adapun nilai nilai akhlak sebagai berikut
1. Amanah
Amanah adalah asas ketahanan masyarakat,umat dan kestabilan kekuasaan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Serta harus diamalkan terhadap semua manusia.dengan memiliki sifat amanah ini,diharapkan seorang pemimpin mampu menjalankan roda pemerintahan yang baik.kita butuh seorang pemimpin amanah,yang memiliki rasa malu bila berbuat salah dan tidak malu ketika memang benar benar salah.dalam presfektif islam rasa malu adalah esensi terpenting dari agama kita.artinya rasa malu sangat berperan dalam mewarnai kisah kehidupan manusia.lebih tegas lagi,bahwa rasa malu dan iman adalah dwi tunggal yang tak bisa dipisahkan jika salah satu hilang,maka lenyaplah yang lainya. dengan begitu seorang pemimpin bukan hanya menjalankan amanah rakyat melainkan mengamalkan firman Allah:
Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang[180] (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. dan barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
2. Ikhlas
Ikhlas adalah inti dari sebuah ibadah dan perbuatan.pemimpin yang baik harus menanamkan nilai ikhlas dalam dalam beribadah dan beramal.dengan begitu tidak ada pemimpin yang hanya selalu mengagungkan hasil kerjanya dan marah bila tidak disebutkan jasa jasanya.mental mental inilah yang yang harus dijauhi oleh seorang pemimpin dalam memimpin negeri ini. Seperti firman Allah
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan(mengikhlaskan) ketaatan kepada-Nya…..

3. Bersyukur
Bersyukur adaalah merupakan bentuk terima kasih dan kerendahan hati yang harus dimiliki olehsetiap manusia karena dengan bersyukur,Allah akan senantiasa menambah segala nikmatnya.inilah yang jarang dimiliki dan kadang tidak disadari oleh kita.kemerdekaan bangsa ini,kesuburan negeri ini adalah anugrah Allah yang maha kuasa yang patut kita syukuri.dengan begitu yakinlah Allah akan selalu mencurahkan kenikmatannya kepada kita dan bangsa ini. Allah berfirman:
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
4. Sabar
Sabar memang mudah untuk diucapkan,tapi sangat susah untuk dijalankan.sifat sabar akan melahirkan ketabahan hati dalam menghadap berbagai masalah dan ujian.dengan begitu maka akan muncul jiwa yang tangguh yang selalu siap dalam menghadapi permasalahan permasalahan yang ada dan sifat ini sangat di butuhkan dalam mengisi kemerdekaan dan menjalankan roda pembangunan.
Seseorang layak dikatakan memiliki akhlak mulia,bila mampu menjalankan sifat sifat tersebut diatas dan sifat sifat itu merupakan inti dalam berakhlak.ini sangat penting dalam proses perubahan dan kemajuan bangsa ini.siapapun yang memimpin bangsa ini,bila sifat tersebut dijunjung tinggi,Insya Allah bangsa ini akan selalu berada dalam bingkaian dan naungan Allah SWT. Namun bila sifat ini tidak dimiliki maka kehancuran bangsa itu lambat laun akan terjadi.
Begitu pentingnya akhlak dalam kehidupan manusia.baik berbangsa bernegara maupun dalam keluarga,ini pula yang menjadi alasan rasulullah diutus ke muka bumi ini yang tiada lain adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia.akhlak juga merupakan alah satu dari tiga komponen agama.adapun yang pertama adalah iman yang berarti mengakui allah dan rasulnya.hal ini diakui dengan lisan,dibenarkan dengan hati,dan dilakukan dengan perbuatan.sedangkan yang kedua adalah islam,yang berarti menjalankan rukun islam dengan baik dan ikhlas.sedangkan yang ketiga adalah ikhsan yang berrti berbuat baik kepada Allah dan makhluknya.
Inilah yang menjadi inti ajaran yang dibawa oleh Rasulullah terhadap umat manusia sekaligus menyempurnakan ajaran ajaran agama terdahulu.karenanya islam yang beliau bawa bersifat universal dan abadi.universal artinya untuk seluruh manusia dan abadi maksudnya sampai keakhir zaman.dalam inti ajaran islam ialah mengadakan bimbingan bagi kehidupan mental dan jiwa manusia.sebab dalam bidang inilah terletak hakekat manusiasikap mental dan kehidupan jiwa itulah yang membentuk kehidupan lahir.dari sinilah rasulullah mendorong umatnya untuk selalu berakhlak baik.
Untuk lebih memperjelas bahwa akhlak mulia ternyata buah dari mantapnya akidah dan keimanan yang dilaksanakannya dengan syariat islam.sebagaiman firman Allah sebagai berikut:
“ Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Jadi akidah,syariah dan akhlak adalah sesuatu yang tak terpisahkan .tak sempurna iman seseorang jika hanya memiliki akidah saja tanpa mau melaksanakan syariat begitu pula sebaliknya.dan disaat kita memiliki akidah juga sekaligus istiqomah dalam menjalankan syariat.bila ini terjadi maka akan ada sertaumbuh nilai akhlakul karimah
Begitu pula dalam berbangsa akhlak adalah hal yang penting yang akan menentukan sikap hidup suatu bangsa.Pengaruh intelektual tidak sebesar pengaruh akhlak dalam tatanan suatu bangsa.Sejarah mencatat betapa bangsa romawi yang begitu besar yang memiliki kemajuan di segala bidang dapat digulingkan oleh kaum indo jerman.begitu pula abasyiah di timur yang memiliki tamaddun yang tinggi dapat diruntuhkan oleh bangsa mongol.seluruh sejarah bangsa bangsa mengajarkan kepada kita,tidak ada suatu bangsa yang jatuh karena krisis inteklektual,melainkan jatuhnya suatu bangsa karena krisis akhlak.dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.Para pahlawan kita dapat merebut kemerdekaan bangsa ini hanya dengan bamboo runcing,namun mereka bisa mengalahkan para penjajah yang memiliki persenjataan yang modern serta taktik perang yang professional.rahasia kemenangan ini,karena dibelakang itu semua,berdiri manusia manusia yang memiliki mental baja,berani menyambung nyawa dan tetep menjunjung tinggi akhlak yang mulia.demi tegaknya kebenaran dan keadilan.
Sungguh akhlak jualah yang yang menentukan bangun dan runtuhnya suatu bangsa. Tepat yang dikatakan penyair ahmad syauqi beek
“Kekalnya suatu bangsa ialah selama akhlaknya kekal,jika akhlaknya sudah lenyap,musnah pulalah bangsa itu”
Oleh karenanya,marilah kita bina akhlak ini menjadi bekal kita dalam kehidupan ini,kita yakin akhlak mulia adalah pilar kita dalam membangun bangsa ini,disamping dibutuhkan pula nilai nilai intelektual yang tinggi.tentu kita semua menginginkan bangsa ini menjadi bangsa yang di hargai sekaligus menjadi tauladan bagi bangsa bangsa di dunia.maka marilah kita bekali bangsa ini dengan akhlak mulia Insya Allah bangsa ini kita akan menjadi bangsa yang selalu ada dalam naungan Allah SWT.Amieen

pola pengembangan Reading Habbit( studi kasus pp.gontor)

I. Judul Penelitian
Pola Pengembangan Reading Habbit di KMI (Studi Kasus Di KMI Gontor)
II. Latar Belakang Masalah
Membaca adalah awal perintah Allah kepada Rasulullah Muhammad sebagaimana tertera dalam Al Qur’an surat Al Alaq
membaca tidak akan meresap kedalam jiwa bila dilakukan hanya sekali. Maka untuk menguatkan ingatan dan meresap alam jiwa maka perlu dilakukan secara berulang ulang dan bila telah dilakukan secara berulang ulang maka akan mudah mengingatnya dan disinilah betapa pentingnya membaca.dan tentu beralasan apa yang dilakukan oleh malaikat jibril bukan karna nabi bodoh,melainkan agar apa yang di ajarkan itu benar benar di resapi dan di hayati.karena yang akan di baca bukan hanya tulisan tulisan,melainkan segala apa yang ada di muka bumi ini
Di pondok modern gontor, budaya membaca bisa dibilang lemah. Ini terlihat masih banyak ditemukan santri yang tidak membawa buku ketika waktu kosong atau ketika diluar jam pelajaran, juga tidak banyak santri yang memnbaca artikel ataupun koran yang terdapat di etalase pondok. Dalam lain hal juga terdapat santri yang membawa buku hanya ketika menjelang ujian, dengan alasan masih banyak kegiatan yang harus diikuti.
Melihat perihal diatas, maka perlu diteliti lebih lanjut tentang hal-hal yang menyebabkan budaya membaca semakin lemah sehingga dapat segera mungkin ditanggulangi secara maksimal.
Para pengasuh pondok modern gontor memulai usaha untuk membiasakn santri dalam membaca dengan mewajibkan para santrinya untuk membawa buku kapanpun dan dimanapun mereka berada. Juga, para pengasuh pondok juga akan memberikan hukuman bagi santri yang tidak membawa buku. Sehingga dengan demikian para santri akan terbiasa membawa buku dan akan membiasakan dirinya untuk membaca.
oleh karena itu betapa pentingnya membaca dalam kehidupan kita dan begitu pentingnya kebiasaan membaca.maka peneliti mencoba ingin melihat secara dekat kebiasaan para santri di lingkungan pondok modern gontor yang sudah memulai kebiasaan tersebut.untuk lebih fokus terhadap penelitian,maka kami persempit penelitian ini dengan tema:
Pola Pengembangan READING HABBIT Di KMI (Studi Kasus Di KMI GONTOR)

IV. Fokus Penelitian
Mengembangkan Kebiasaan Membaca dalam kehidupan sehari-hari sangatlah sulit jika tidak dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari Karena membaca itu dimulai dengan proses fisik, yakni mengenali kata-kata pada lembar cetakan, maka menjadi sesuatu yang penting mengefisienkan aspek fisik dalam membaca dan dalam memelihara sesuatu yang menjadikan kita dapat memahami bacaan dengan lebih mudah dan lebih cepat. Dalam kenyataannya, miskinnya kebiasaan secara fisik menjadi alasan utama mengapa beberapa siswa membaca lebih lambat dan lebih sedikit atau kurang memahami apa yang dibaca. Kurang baiknya kebiasaan secara fisik menyebabkannya membaca menjadi tugas yang sulit serta selanjutnya menumbuhkan rasa tidak suka pada bacaan yang semakin kuat.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini terfokus pada proses Pola Pengembangan Reading Habbit, baik proses pembinaannya maupun proses evaluasi serta penilainnya
V. Rumusan Masalah
Sedangkan masalah-masalah penelitian ini bisa dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana Pola Pengembangan Reading Habbit Di KMI Gontor?
2. Apayang dilakukan pengasuh dalam mengembangkan Reading Habbit Di KMI Gontor bagi para mahasiswanya?
VI. Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan, yaitu sebagai berikut:
1. Mengungkap tentang upaya KMI GONTOR dalam memgembangkan reading habbit bagi para santrinya
2. Menjelaskan usaha yang dilakukan oleh pihak pengasuh di KMI Gontor alam mengembangkan reading habbit bagi para santrinya?

VII. Manfaat Penelitian
Manfaat umum dari penelitian ini adalah mengungkap sejauh mana upaya KMI gontor dalam mengembangkan reading habbit bagi para santrinya
Sedangkan Manfaat khusus dari penelitian ini adalah adanya informasi yang menyangkut Pola Pengembangan Reading Habbit Di KMI GONTOR Dan dari informasi tersebut diharapkan muncul usaha usah yang dilakukan KMI gontor dalam upaya mengembangkan santri santrinya terhadap reading habbit. lebih lanjut, hasil dari penelitian ini bisa menjadi tambahan informasi bagi para pendidik khususnyabagi lembaga lembaga pendidikan yang menginginkan anak didiknya memiliki prestasi yang tinggi.disamping itu dapat pula membuka wacana tentang pola pengembangan reading habbit di lembaga lembaga pendidikan menengah dan atas. sehingga pada akhirnya dapat tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan, yang mampu membangun sebuah peradaban yang lebih maju
VIII. Landasan Teori dan Telaah Hasil Penelitian Terdahulu
Membaca adalah awal perintah Allah kepada Rasulullah Muhammad sebagaimana tertera dalam Al Qur’an surat Al Alaq
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Mungkin ayat ini sudah tidak asing lagi bagi kita,karena ayat ini merupakan ayat yang pertama diturunkan kepada nabi Muhammad.bila kita melihat pada asbabun nuzul ayat ini,maka disebutkan dalam berbagai hadis shahih,bahwa ayat ini turun ketika rasulullah mendatangi gua hira,yaitu untuk melaksanakan ibadah selama beberapa hari.hingga suatu hari di dalam gua beliau di kejutkan dengan kedatangan malaikat jibril yang datang kepada beliau membawa wahyu.malaikat itu berkata kepada beliau, "bacalah!"beliau menjawab,"saya tidak bisa membaca" dan ini dilakukan hingga berkalikali.setelah tiga kali baru nabi mengucapkamn apa yang di ajarkan oleh malaikat.maka jelas ayat ini pertama di turunkan kepada nabi Muhammad dan dapat di simpulkan bahwa ayat inilah yang merupakan awal dari diturunkannya ayat ayat al qur'an.dan merupakan rahmat Allah pertama yang di turunkan kepada hamba hambanya serta khitab pertama ditujukan kepada Rasulullah.
Adapun sisa surat ini Diturunkan setelah tersiarnya berita kerasulan nabi dan setelah mengajak kaum quraisy dan setelah sebagian dari mereka iman kepada Allah.namun,tidak sedikit dari mereka yang tidak beriman dan lari dari ajaran islam dan ingkar terhadap ajaran yang di bawa oleh rasulullah Muhammad .
Di bagian ayat pertama dari surat ini di jelaskan bahwa jadilah engkau sebagai orang yang bisa membaca berkat kekuasaan dan kehendak Allah yang telah menciptakanmu sebelum itu rasulullah tidak bisa membaca dan menulus namun setelah datang perintah Allah agar beliau membaca,sekalipun tidak bisa menulis.dan Allah menurunkan kitab kepada kepadanya yaitu untuk di baca. dengan demikian jelas bahwa adanya atau turunnya Al Qur;an tiada lain adalah karunia Allah yang telah menciptakan makhluknya agar bisa membaca. Perintah membaca yang di lakukan oleh maklaikat jibril kepada Rasulula dilakukan berulang ulang.tentu ini semua mengandung arti dan makna.Di tinjau dari berbagai segi membaca mengandung arti yang beragam.di antaranya:
Di tinjau secara filosofis
membaca tidak akan meresap kedalam jiwa bila dilakukan hanya sekali. Maka untuk menguatkan ingatan dan meresap alam jiwa maka perlu dilakukan secara berulang ulang dan bila telah dilakukan secara berulang ulang maka akan mudah mengingatnya dan disinilah betapa pentingnya membaca.dan tentu beralasan apa yang dilakukan oleh malaikat jibril bukan karna nabi bodoh,melainkan agar apa yang di ajarkan itu benar benar di resapi dan di hayati.karena yang akan di baca bukan hanya tulisan tulisan,melainkan segala apa yang ada di muka bumi ini
Ditinjau secara historis
membaca merupakan awal kegiatan yang dilakukan oleh manusia sebelum menulis. karena tulisan merupakan proses visualisasi dari konsep konsep baca sehingga orang dapat membacanya apa yang telah ditulis tersebut.bila kita melanjutkan ayat berikutnya ada gagasan bahwa salah satu perantara ilmu pengetahuan yaitu dengan membaca dan menulis dan dijelaskan bahwa alat untuk menulisnya yaitu Qalam.begitu sempurnanya ajaran dan petunjuk yang diberikan Allah kepada manusia sehingga dengan detail Allah memberi rincian supaya manusia berfikir dan berbuat dengan melalui ilmu pengetahuan.
Kalau kita melihat makna iqra sendiri, berasal dari kata kerja qara’a yang berarti “menghimpun”.apabila kita merangkai suatu kalimat dalam bahasa alqur’an qara’a qiraatan.arti kata ini menunjukan bahwa iqra diterjemahkan dengan “bacalah”dan tidak mengharuskan adanya suatu tek tertulis sebagai objek baca,tidak pula harus diucapkan sehingga didengar oleh orang lain karenanya dalam kamus dapat di temukan iqra memiliki kata beragam antara lain Iqra bukan hanya sekedar membaca, ,iqra juga memiliki makna memperhatikan,mengamati,menalar,menyelidiki dengan seksama segala kejadian alam baik yang berupa phenomena pribadi,social kemasyarakatan,maupun gejala gejala biologis sampai alam semesta oleh karenanya makna iqro jelas sangat luas dan tidak hanya mengamati,membaca atau mengamati hal yang tersurat tapi juga hal yang tersirat.namun ada pendapat yang mengatakan bahwa yang diprintahkan untuk di baca adalh ismi rabbika sehingga berarti “bacalah”atau”berdzikirlah”.pendapat ini mengandung bebrapa keberatan ,bukan hanya dari segi tata bahasa ,tapi juga dari segi jawaban nabi ketika beliau menjawab “saya tidak bisa membaca”.seandainya perintah yangdi maksud adalah perintah berdzikir tentu beliau tidak menjawab tidak bisa karena hal ini biasa dilakukan oleh nabi jauh sebelum sebelumnya .setidaknya dengan membaca dapat bermanfaat diantaranya
• membaca merupakan syarat utama dalam membangun peradaban
• membaca merupakan syarat pertama dan utama bagi keberhasilan manusia
• membaca berarti bacalah,telitilah,hayti,dalami dan perhatikan alam sekitar,tanda tanda zaman diri sendiri baik yang tersirat maupun yang tersurat.
• membaca juga sebagai gerbang awal dalm mengembangkan ilmu penetahuan dan teknologi
• membaca mengajak manusia berfikir dan berusah serta peka terhadap masalah masalah di sekitar kita

IX. Metodologi Penelitian
Metode penelitian merupakan upaya yang sistematis dalam membantu setiap orang yang berusaha untuk mendapatkan pengetahuan dengan cara yang benar. Jadi metode penelitian berisi tentang prosedur dan teknik penelitian .
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian dengan pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan daripada hasil, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa induktif, dan makna merupakan hal yang esensial.
Ada 6 (enam) enam macam metodologi penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu etnografi, studi kasus, teori grounded, penelitian interaktif, penelitian ekologikal dan penelitian masa depan.
Dan dalam hal ini, jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu suatu deskripsi intensif dan analisis fenomena tertentu atau satuan sosial seperti individu, kelompok, institusi atau masyarakat. Studi kasus dapat digunakan secara tepat dalam banyak bidang. Disamping itu merupakan penyelidikan secara rinci satu setting, satu subyek tunggal, satu kumpulan dokumen atau satu kejadian tertentu.
B. Kehadiran Peneliti
Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, sebab peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya. Untuk itu, dalam penelitian ini, peneliti betindak sebagai instrumen kunci, partisipan penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrumen yang lain sebagai penunjang.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di KMI pondok modern gontor yang berada di Desa Gontor Kecamatan Mlarak Kabupaten Ponorogo.
Program pendidikan di KMI (Kuliyatul Mu’alimin Al Islamiyah) Gontor adalah pendidikan setara dengan SMP dan SMA.bedanya KMI memakai sistem pendidikan pondok pesantren, dimasa para siswa/santri wajib tinggal di dalam asrama dengan mempertahankan suasana dan jiwa kehidupan pesantren. Proses pendidikan berlangsung selama 24 jam, sehingga ”Segala yang dilihat, didengar dan diperhatikan santri semuanya memiliki nilai pendidikan
D. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lainnya. Dengan demikian sumber data dalam penelitian ini adalah: kata-kata dan tindakan sebagai sumber data utama, sedangkan sumber data tertulis, foto dan statistik, adalah sebagai sumber data tambahan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah meliputi wawancara, observasi dan dokumentasi. Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat dimengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam dan diobservasi pada latar, dimana fenomena tersebut berlangsung dan disamping itu untuk melengkapi data, diperlukan dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh atau tentang subyek).
F. Analisis Data
Teknik analisis data dalam kasus ini menggunakan analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles & Huberman dan Spradley. Miles dan Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktifitas dalam analisis data, meliputi data reduction, data display dan conclusion. Langkah-langkah analisis ditunjukkan pada gambar 4 berikut:


Pengumpulan Data




Penyajian
Data



Reduksi
Data




Kesimpulan-kesimpulan: Penarikan/verivikasi

Selanjutnya menurut Spradley teknik analisis data disesuaikan dengan tahapan dalam penelitian. Pada tahap penjelajahan dengan teknik pengumpulan data grand tour question, analisis data dilakukan dengan analisis domain. Pada tahap menentukan fokus analisis data dilakukan dengan analisis taksonomi. Pada tahap selection, analisis data dilakukan dengan analisis komponensial. Selanjutnya untuk sampai menghasilkan judul dilakukan dengan analisis tema.
G. Pengecekan Keabsahan Temuan
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas), Derajat kepercayaan keabsahan data (kredebilitas data) dapat diadakan pengecekan dengan teknik (1) pengamatan yang tekun, dan triangulasi. Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Ketekunan pengamatan ini dilaksanakan peneliti dengan cara : (a) mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol yang ada hubungannya dengan pola pengembangan reading habbit di KMI (b) menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik, sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah difahami dengan cara yang biasa.
Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan: sumber, metode, penyidik, dan teori. Dalam penelitian ini, dalam hal ini digunakan teknik triangulasi dengan sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal itu dapat dicapai peneliti dengan jalan: (a) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (b) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (c) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (d) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, (c) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
H. Tahapan-tahapan Penelitian
Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah: (1) Tahap pra lapangan, yang meliputi : menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian dan yang menyangkut persoalan etika penelitian; _____________(2) Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi : memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperanserta sambil mengumpulkan data; ____________(3) Tahap analisis data, yang meliputi : analisis selama dan setelah pengumpulan data; ________(4) Tahap penulisan hasil laporan penelitian.__________________
X. Sistematika Pembahasan
Pada penelitian ini penulis membagi dalam beberapa bab sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan (judul penelitian, latar belakang, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan pembahasan, manfaat penelitian, landasan teori dan telaah hasil penelitian terdahulu, metode penelitian, sistematika pembahasan, daftar isi sementara dan daftar rujukan sementara)
BAB II: Pandangan umum berisi tentang pengembangan reading habbit pengertian, serta proses pengembangannya
BAB III: Berisi tentang hasil wawancara dan observasi di lingkungan tempat penelitian serta data-data yang terkumpul dan penjabarannya
BAB IV: Kesimpulan dan Saran, berisi tentang hasil penelitian atau kesimpulan utuh dari penelitian dilapangan, interpretasi penulis berdasarkan pengetahuan yang dimilki maupun dari data-data yang telah terkumpul baik dari hasil penelitian maupun yang diperoleh dari literatur-literatur sebelumnya yang sesuai dengan penelitian.
XI. Daftar Isi Sementara
POLA PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AQLIYAH, JISMIYAH DAN KHULUQIYAH DI PERGURUAN TINGGI (studi kasus di ISID Siman)
Outline :
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Fokus Penelitian
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
F. Landasan Teori dan Telaah Hasil Penelitian Terdahulu
G. Metodologi Penelitian
a. Pendekatan dan Jenis Penelitian
b. Kehadiran Peneliti
c. Lokasi Penelitian
d. Sumber Data
e. Teknik Pengumpulan Data
f. Analisis Data
H. Pengecekan Keabsahan Temuan
I. Tahapan-tahapan Penelitian
J. Sistematika Pembahasan
K. Daftar Isi Sementara
L. Daftar Rujukan Sementara
BAB III :
A. Profil Gontor
1. Sejarah KMI Gontor
2. Letak Geografis KMI Gontor
3. Keadaan guru/pengasuh KMI Gontor
B. Analisis Data
1. Pola Pengembangan reading habbit
a. Tujuan nya
b. Proses nya
c. Evaluasi nya
BAB IV: PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

Bagian Akhir
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran

Empat Pilar Kebahagiaan

Ada dua hal yang umumnya dicari oleh manusia dalam hidup ini. Yang pertama ialah kebaikan (al-khair), dan yang kedua ialah kebahagiaan (as-sa’adah). Hanya saja masing-masing orang mempunyai pandangan yang berbeda ketika memahami hakikat keduanya.salah satu yang memiliki banyak pandangan yang berbeda ialah hal kebahagiaan
Setiap orang punya persepsi berbeda tentang kebahagiaan.ada yang mengukur kebahagiaan hanya dari segi banyaknya harta.ada pula yang mengukur kebahagiaan dengan pangkat dan jabatan. Sebagian lagi ada yang menjadikan popularitas sebagai variable dalam menilai kebahagiaan.bila kebahagiaan hanya diukur demikian,maka kebahagiaan itu hanyaa standar duniawi. Buku buku life skiil yang banyak mengadopsi pemikiran barat sangat banyak menjamur dipasaran,yang ikut menawarkan kebahagiaan dengan instan dan sesaat.ironisnya tidak sedikit kaum muslimin yang tergoda bahkan menjadi bagian dari itu semua.tidak sedikit pula yang memperaktekan kemusrikan kemusrikan dalam mendapatkan kebahagiaan tersebut.serta lupa akan kiat kiat meraih kebahagiaan yang ditawarkan oleh Al Qur’an.sebagaimana Allah SWT berfirman:
Artinya:“Demi masa.(1)Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,(2)Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.(3) (al-ashr:1-3)
Surat al ashr yang sangat singkat ini menjelaskan system islam yang integral dan universal bagi kehidupan manusia.dalam surah ini menawarkan empat pilar kebahagiaan duniawi dan ukhrawi yang bersipat pasti.meski singkat namun sarat makna dan kandungan yang begitu luas. Imam syafii dalam tafsir ibnu katsir mengatakan:”bila manusia itu mau mentadaburi surat ini,niscaya cukuplah baginya menjamin kebahagiaan mereka.dalam riwayat lain beliau berkata:”seandainya tidak diturunkan kepada manusia hujjah.selain surah ini ,niscaya cukuplah surah bagi manusia”
Dalam kajian sayid kutub surah ini memahamkan kita,bahwa sepanjang sejarah manusia,dimanapun dan kapanpun,hanya ada satu system yang menguntungkan dan membahagiakan,hanya ada satu system yang memberikan kemenangan dan keselamatan yaitu system yang bersumber dari Allah SWT. Selain system ini tentu akan menjerumuskan pada kehancuran dan kesengsaraan serta kerugiaan dalam semua aspek kehidupan.
Adapun empat pilar yang ditawarkan dalam surah tersebut ialah: pertama adalah iman. Iman adalah mutiara yang menambah bobot nilai dan harga,serta meninggikan derajat manusia dihadapan Allah SWT.sehebat apapun kekayaaan,jabatan dan kejeniusan seseorang bila tanpa iman,hanyalah seperti onggokan yang tak berharga Allah SWT hanya menganugrahkan kebahagiaan untuk hamba hambanya yang mendasari seluruh amal dan aktivitasnya dengan iman sebagaimana firmannya:
Tentu iman disini bukan hanya iman dalam pengakuan di bibir saja yang tidak memiliki arti dan makna seperti keimananya orang orang munafik.dan bukan pula keimanan yang dinyatakan dihati seperti imannya iblis yang meyakini Allah adalah sang pencipta.tapi yang dibutuhkan disini adalah iman yang utuh dan menyeluruh ,yang mencakup semua dimensi,baik ideology,social budaya,ekonomi politik dan yang lainnya.dengan demikian nilai iman itu akan mampu menghadirkan kekuatan hubungan dengan Allah dimanapun dan kapanpun.
Pilar kedua yaitu amal shalih.keimanan yang sejati akan mendatangkan amal shalih.amal shalih disini mencakup luas baik yang berupa mahdzoh maupun ghairu mahdzoh.karenanya ulama tafsir mengartikan amal shalih dengan melaksnakan segala kewajiban dan meninggalkan semua bentuk kemaksiatan serta melakukan berbagai kebaikan.
Pilar ketiga yaitu pro aktif mendakwahkan islam (attawasaubil haq) kedua pilar diatas iman dan amal shalih hanya menghantarkan pada keshalihan untuk diri pribadi, yang pada gilirannya tidak menjamin kebahagiaan dunia dan akhirat.oleh karenanya Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk social.karena itu,kesempurnaan seorang muslim dan kebahagiaanya tergantung pada sejauh mana ia mampu menularkan keshalihan individual menjadi keshalihan social.shalat kita misalnya ,baru akan sempurna bila shalat kita membawa dampak social yang positif bagi kehidupan kita.dalam bahasa al quran mampu mencegah perbuatan keji dan munkar.oleh karena itu rasulullah menegaskan dalam hadisnya,bahwa manusia terbaik di jagad raya ini adalah manusia yang bermanfaat untuk orang lain.beliau juga pernah ditanya islam apa yang terbaik?maka beliau menjawab”yaitu muslim yang orang lain selamat dari gangguan lisan dan tagannya ( H.R.Bukhori).
Pilar yang keempat adalah sabar.mempraktikan ketiga hal diatas adalah bukan perkara mudah. banyak ujian dan cobaan yang datang mendera begitu kuatnya.ada yang berbentuk cacian,stigma negative,terror dan lain sebagainya.tribulasi dalam mewujudkan iman,amal shalih dan dakwah adalah sebuah keniscayaan bila tidak memiliki modal kesabaran.
Sebagai seorang muslim sudah sewajarnya kita hiasi hidup kita dengan apa yang di ajarkan oleh Allah yang tersirat dan tersurat dalam Al Quran dengan begitu didalamnya. kemuliaan hidup dapat dicapai, kebaikan dunia dapat diperoleh dan kebaikan akhirat dengan segala kenikmatannya dapat dirasakan.

Senin, 30 November 2009

SEJARAH CIMANDE

Semua komunitas Maenpo Cimande sepakat tentang siapa penemu Maenpo Cimande, semua mengarah kepada Abah Khaer (penulisan ada yang: Kaher, Kahir, Kair, Kaer dsb. Abah dalam bahasa Indonesia berarti Eyang, atau dalam bahasa Inggris Great Grandfather). Tetapi yang sering diperdebatkan adalah dari mana Abah Khaer itu berasal dan darimana dia belajar Maenpo. Ada 3 versi utama yang sering diperdebatkan, yaitu:

1. Versi Pertama
Ini adalah versi yang berkembang di daerah Priangan Timur (terutama meliputi daerah Garut dan Tasikmalaya) dan juga Cianjur selatan. Berdasarkan versi yang ini, Abah Khaer belajar Silat dari istrinya. Abah Khaer diceritakan sebagai seorang pedagang (dari Bogor sekitar abad 17-abad 18) yang sering melakukan perjalanan antara Batavia, Bogor, Cianjur, Bandung, Sumedang, dsb. Dan dalam perjalanan tersebut beliau sering dirampok, itu terjadi sampai istrinya menemukan sesuatu yang berharga.

Suatu waktu, ketika Abah Khaer pulang dari berdagang, beliau tidak menemukan istrinya ada di rumah... padahal saat itu sudah menjelang sore hari, dan ini bukan kebiasaan istrinya meninggalkan rumah sampai sore. Beliau menunggu dan menunggu... sampai merasa jengkel dan khawatir... jengkel karena perut lapar belum diisi dan khawatir karena sampai menjelang tengah malam istrinya belum datang juga. Akhirnya tak lama kemudian istrinya datang juga, hilang rasa khawatir... yang ada tinggal jengkel dan marah. Abah Khaer bertanya kepada istrinya... "ti mana maneh?" (Dari mana kamu?) tetapi tidak menunggu istrinya menjawab, melainkan langsung mau menempeleng istrinya. Tetapi istrinya malah bisa menghindar dengan indahnya, dan membuat Abah Khaer kehilangan keseimbangan. Ini membuat Abah Khaer semakin marah dan mencoba terus memukul... tetapi semakin mencoba memukul dengan amarah, semakin mudah juga istrinya menghindar. Ini terjadi terus sampai Abah Khaer jatuh kecapean dan menyadari kekhilafannya... dan bertanya kembali ke istrinya dengan halus "ti mana anjeun teh Nyi? Tuluy ti iraha anjeun bisa Ulin?" (Dari mana kamu? Lalu dari mana kamu bisa "Main"?).

Akhirnya istrinya menjelaskan bahwa ketika tadi pagi ia pergi ke sungai untuk mencuci dan mengambil air, ia melihat Harimau berkelahi dengan 2 ekor monyet. (Salah satu monyet memegang ranting pohon.) Saking indahnya perkelahian itu sampai-sampai ia terkesima, dan memutuskan akan menonton sampai beres. Ia mencoba mengingat semua gerakan baik itu dari Harimau maupun dari Monyet, untungnya baik Harimau maupun Monyet banyak mengulang-ngulang gerakan yang sama, dan itu mempermudah ia mengingat semua gerakan. Pertarungan antara Harimau dan Monyet sendiri baru berakhir menjelang malam.

Setelah pertarungan itu selesai, ia masih terkesima dan dibuat takjub oleh apa yang ditunjukan Harimau dan Monyet tersebut. Akhirnya ia pun berlatih sendirian di pinggir sungai sampai betul-betul menguasai semuanya (Hapal), dan itu menjelang tengah malam.

Apa yang ia pakai ketika menghindar dari serangan Abah Khaer, adalah apa yang ia dapat dari melihat pertarungan antara Harimau dan Monyet itu. Saat itu juga, Abah Khaer meminta istrinya mengajarkan beliau. Ia berpikir, 2 kepala yang mengingat lebih baik daripada satu kepala. Ia takut apa yang istrinya ingat akan lupa. Beliau berhenti berdagang dalam suatu waktu, untuk melatih semua gerakan itu, dan baru berdagang kembali setelah merasa mahir. Diceritakan bahwa beliau bisa mengalahkan semua perampok yang mencegatnya, dan mulailah beliau membangun reputasinya di dunia persilatan.

Jurus yang dilatih:
1. Jurus Harimau/Pamacan (Pamacan, tetapi mohon dibedakan pamacan yang "black magic" dengan jurus pamacan. Pamacan black magic biasanya kuku menjadi panjang, mengeluarkan suara-suara aneh, mata merah dll. Silakan guyur aja dengan air kalau ketemu yang kaya gini).
2. Jurus Monyet/Pamonyet (Sekarang sudah sangat jarang sekali yang mengajarkan jurus ini, dianggap punah. Saya sendiri sempat melihatnya di Tasikmalaya, semoga beliau diberi umur panjang, kesehatan dan murid yang berbakti sehingga jurus ini tidak benar-benar punah).
3. Jurus Pepedangan (ini diambil dari monyet satunya lagi yang memegang ranting).

Cerita di atas sebenarnya lebih cenderung mitos, tidak bisa dibuktikan kebenarannya, walaupun jurus-jurusnya ada. Maenpo Cimande sendiri dibawa ke daerah Priangan Timur dan Cianjur selatan oleh pekerja-pekerja perkebunan teh. Hal yang menarik adalah beberapa perguruan tua di daerah itu kalau ditanya darimana belajar Maenpo Cimande selalu menjawab "ti indung" (dari ibu), karena memang mitos itu mempengaruhi budaya setempat, jadi jangan heran kalau di daerah itu perempuan pun betul-betul mempelajari Maenpo Cimande dan mengajarkannya kepada anak-anak atau cucu-cucunya, seperti halnya istrinya Abah Khaer mengajarkan kepada Abah Khaer.

Perkembangannya Maenpo Cimande sendiri sekarang di daerah tersebut sudah diajarkan bersama dengan aliran lain (Cikalong, Madi, Kari, Sahbandar, dll). Beberapa tokoh yang sangat disegani adalah K.H. Yusuf Todziri (sekitar akhir 1800 - awal 1900), Kiai Papak (perang kemerdekaan, komandannya Mamih Enny), Kiai Aji (pendiri Gadjah Putih Mega Paksi Pusaka, perang kemerdekaan), Kiai Marzuk (Maenpo H. Marzuk, jaman penjajahan Belanda), dll.

2. Versi Kedua
Menurut versi kedua, Abah Khaer adalah seorang ahli maenpo dari Kampung Badui. Beliau dipercayai sebagai keturunan Abah Bugis (Bugis di sini tidak merujuk kepada nama suku atau daerah di Indonesia Tengah). Abah Bugis sendiri adalah salah seorang Guru ilmu perang khusus dan kanuragaan untuk prajurit pilihan di Kerajaan Padjadjaran dahulu kala. Kembali ke Badui, keberadaan Abah Khaer di Kampung Badui mengkhawatirkan sesepuh-sesepuh Kampung Badui, karena saat itu banyak sekali pendekar-pendekar dari daerah lain yang datang dan hendak mengadu jurus dengan Abah Khaer, dan semuanya berakhir dengan kematian. Kematian karena pertarungan di tanah Badui adalah merupakan "pengotoran" akan kesucian tanah Badui.

Karena itu, pimpinan Badui (biasa dipanggil Pu'un) meminta Abah Khaer untuk meninggalkan Kampung Badui, dengan berat hati... Abah Khaer pun pergi meninggalkan Kampung Badui dan bermukim di desa Cimande-Bogor. Tetapi, untuk menjaga rahasia-rahasia Kampung Badui (terutama Badui dalam), Abah Khaer diminta untuk membantah kalau dikatakan dia berasal dari Badui, dan orang Badui (Badui dalam) pun semenjak itu diharamkan melatih Maenpo mereka ke orang luar, jangankan melatih... menunjukan pun tidak boleh. Satu hal lagi, Abah Khaer pun berjanji untuk "menghaluskan" Maenpo nya, sehingga tidak ada lagi yang terbunuh dalam pertarungan, dan juga beliau berjanji hanya akan memakai dan memanfaatkannya untuk kemanusiaan. Oleh karena itu, dahulu beberapa Guru-guru Cimande tua tidak akan menerima bayaran dari muridnya yang berupa uang, lain halnya kalau mereka memberi barang... misal beras, ayam, gula merah atau tembakau sebagai wujud bakti murid terhadap Guru. Barang-barang itupun, oleh Guru tidak boleh dijual kembali untuk diuangkan.

Versi kedua ini banyak diadopsi oleh komunitas Maenpo dari daerah Jawa Barat bagian barat (Banten, Serang, Sukabumi, Tangerang, dsb). Mereka juga mempercayai beberapa aliran tua di sana awalnya dari Abah Khaer, misalnya Sera. Penca Sera berasal dari Uwak Sera yang dikatakan sebagai salah seorang murid Abah Khaer (ada yang mengatakan anak, tetapi paham ini bertentangan dengan paham lain yang lebih tertulis). Penca Sera sendiri sayangnya sekarang diakui dan dipatenkan di US oleh orang Indo-Belanda sebagai beladiri keluarga mereka.

3. Versi Ketiga
Versi ketiga inilah yang "sedikit" ada bukti-bukti tertulis dan tempat yang lebih jelas. Versi ini pulalah yang dipakai oleh keturunan beliau di Kampung Tarik Kolot - Cimande (Bogor). Meskipun begitu, versi ini tidak menjawab tuntas beberapa pertanyaan, misal: Siapa genius yang menciptakan aliran Maenpo ini yang kelak disebut Maenpo Cimande.

Abah Khaer diceritakan sebagai murid dari Abah Buyut, masalahnya dalam budaya Sunda istilah Buyut dipakai sebagaimana "leluhur" dalam bahasa Indonesia. Jadi Abah Buyut sendiri merupakan sebuah misteri terpisah, darimana beliau belajar Maenpo ini... apakah hasil perenungan sendiri atau ada yang mengajari? Yang pasti, di desa tersebut... tepatnya di Tanah Sareal terletak makam leluhur Maenpo Cimande ini... Abah Buyut, Abah Rangga, Abah Khaer, dll.

Abah Khaer awalnya berprofesi sebagai pedagang (kuda dan lainnya), sehingga sering bepergian ke beberapa daerah, terutama Batavia. Saat itu perjalanan Bogor-Batavia tidak semudah sekarang, bukan hanya perampok... tetapi juga Harimau, Macan Tutul dan Macan Kumbang. Tantangan alam seperti itulah yang turut membentuk beladiri yang dikuasai Abah Khaer ini. Disamping itu, di Batavia Abah Khaer berkawan dan saling bertukar jurus dengan beberapa pendekar dari China dan juga dari Sumatra. Dengan kualitas basic beladirinya yang matang dari Guru yang benar (Abah Buyut), juga tempaan dari tantangan alam dan keterbukaan menerima kelebihan dan masukan orang lain, secara tidak sadar Abah Khaer sudah membentuk sebuah aliran yang dasyat dan juga mengangkat namanya.

Saat itu (sekitar 1700-1800) di Cianjur berkuasa Bupati Rd. Aria Wiratanudatar VI (1776-1813, dikenal juga dengan nama Dalem Enoh). Sang Bupati mendengar kehebatan Abah Khaer, dan memintanya untuk tinggal di Cianjur dan bekerja sebagai "pamuk" (pamuk=guru beladiri) di lingkungan Kabupatian dan keluarga bupati. Bupati Aria Wiratanudatar VI memiliki 3 orang anak, yaitu: Rd. Aria Wiranagara (Aria Cikalong), Rd. Aria Natanagara (Rd.Haji Muhammad Tobri) dan Aom Abas (ketika dewasa menjadi Bupati di Limbangan-Garut). Satu nama yang patut dicatat di sini adalah Aria Wiranagara (Aria Cikalong), karena beliaulah yang merupakan salah satu murid terbaik Abah Khaer dan nantinya memiliki cucu yang "menciptakan" aliran baru yang tak kalah dasyat.

Sepeninggal Bupati Aria Wiratanudatar VI (tahun 1813), Abah Khaer pergi dari Cianjur mengikuti Rd. Aria Natanagara yang menjadi Bupati di Bogor. Mulai saat itulah beliau tinggal di Kampung Tarik Kolot - Cimande sampai wafat (Tahun 1825, usia tidak tercatat). Abah Khaer sendiri memiliki 5 orang anak, seperti yang dapat dilihat di bawah ini. Mereka inilah dan murid-muridnya sewaktu beliau bekerja di kabupaten yang menyebarkan Maenpo Cimande ke seluruh Jawa Barat.


Dan ini adalah gambaran dari salah seorang anak Rd. Aria Wiratanudatar VI, yaitu Aom Abas, yang setelah menjadi Bupati di Limbangan Garut juga bergelar Rd. Aria Wiratanudatar.


Sayangnya image tentang Abah Khaer sendiri tidak ada, cuma digambarkan bahwa beliau: "selalu berpakain kampret dan celana pangsi warna hitam. Dan juga beliau selalu memakai ikat kepala warna merah, digambarkan bahwa ketika beliau "ibing" di atas panggung penampilannya sangat expressif, dengan badan yang tidak besar tetapi otot-otot yang berisi dan terlatih baik, ketika "ibing" (menari) seperti tidak mengenal lelah. Terlihat bahwa dia sangat menikmati tariannya tetapi tidak kehilangan kewaspadaannya, langkahnya ringan bagaikan tidak menapak panggung, gerakannya selaras dengan kendang ("Nincak kana kendang" - istilah sunda). Penampilannya betul-betul tidak bisa dilupakan dan terus diperbincangkan." (dari cerita/buku Pangeran Kornel, legenda dari Sumedang, dalam salah satu bagian yang menceritakan kedatangan Abah Khaer ke Sumedang, aslinya dalam bahasa Sunda, pengarang Rd Memed Sastradiprawira).


by: Bradlee

sejarah NU

Sejarah NU

Keterbelakangan baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, telah menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1928 tersebut dikenal dengan "Kebangkitan Nasional". Semangat kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana - setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain. Sebagai jawabannya, muncullah berbagai organisasi pendidikan dan pembebasan.

Kalangan pesantren yang selama ini gigih melawan kolonialisme, merespon kebangkitan nasional tersebut dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada 1916. Kemudian pada tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan "Nahdlatul Fikri" (kebangkitan pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar, (pergerakan kaum saudagar). Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagai kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.

Suatu waktu Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal yakni mazhab Wahabi di Mekkah, serta hendak menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam maupun pra Islam, yang selama ini banyak diziarahi karena dianggap bidah. Gagasan kaum Wahabi tersebut mendapat sambutan hangat dari kaum modernis di Indonesia, baik kalangan Muhammadiyah maupun PSII di bawah pimpinan HOS Tjokroaminoto. Sebaliknya, kalangan pesantren yang selama ini membela keberagaman, menolak pembatasan bermazhab dan penghancuran warisan peradaban tersebut.

Dengan sikapnya yang berbeda itu kalangan pesantren dikeluarkan dari anggota Kongres Al Islam di Yogyakarta pada tahun 1925. Akibatnya kalangan pesantren juga tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam Mu'tamar 'Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Mekkah yang akan mengesahkan keputusan tersebut. Sumber lain menyebutkan bahwa K.H. Hasyim Asy'ari, K.H. Wahab Hasbullah dan sesepuh NU lainnya melakukan walk out.

Didorong oleh minatnya yang gigih untuk menciptakan kebebasan bermazhab serta peduli terhadap pelestarian warisan peradaban, maka kalangan pesantren terpaksa membuat delegasi sendiri yang dinamakan Komite Hejaz, yang diketuai oleh K.H. Wahab Hasbullah.

Atas desakan kalangan pesantren yang terhimpun dalam Komite Hejaz, dan tantangan dari segala penjuru umat Islam di dunia, maka Raja Ibnu Saud mengurungkan niatnya. Hasilnya, hingga saat ini di Mekkah bebas dilaksanakan ibadah sesuai dengan mazhab mereka masing-masing. Itulah peran internasional kalangan pesantren pertama, yang berhasil memperjuangkan kebebasan bermazhab dan berhasil menyelamatkan peninggalan sejarah dan peradaban yang sangat berharga.

Berangkan komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkordinasi dengan berbagai kiai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar.

Untuk menegaskan prisip dasar orgasnisai ini, maka K.H. Hasyim Asy'ari merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam khittah NU, yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.
[sunting]
Paham Keagamaan

NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli (skripturalis). Karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak hanya al-Qur'an, sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik. Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu seperti Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi. Kemudian dalam bidang fikih mengikuti satu mazhab:Syafi'i meskipun mengakui tiga madzhab yang lain: Hanafi, Maliki, Hanbali sebagaimana yang tergambar dalam lambang NU berbintang 4 di bawah. Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.

Gagasan kembali kekhittah pada tahun 1984, merupakan momentum penting untuk menafsirkan kembali ajaran ahlussunnah wal jamaah, serta merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam bidang fikih maupun sosial. Serta merumuskankembali hubungan NU dengan negara. Gerakan tersebut berhasil kembali membangkitkan gairah pemikiran dan dinamika sosial dalam NU.
[sunting]
Basis pendukung

Bendera Nahdlatul Ulama

Dalam menentukan basis pendukung atau warga NU ada beberapa istilah yang perlu diperjelas, yaitu anggota, pendukung atau simpatisan dan Muslim tradisionalis yang sepaham dengan NU. Jika istilah warga disamakan dengan istilah anggota, maka sampai hari ini tidak ada satu dokumen resmipun yang bisa dirujuk untuk itu. Karena sampai hari ini tidak ada upaya serius di tumbuh NU di tingkat apapun untuk mengelola keanggotaannya. Dari segi pendukung atau simpatisan ada dua cara melihatnya. Dari segi politik, ini bisa dilihat dari jumlah perolehan suara partai-partai yang berbasis atau diasosiasikan dengan NU, seperti PKBU, PNU, PKU, Partai SUNI, dan sebagian dari PPP. Dari segi paham keagamaan maka bisa dilihat dari jumlah orang yang mendukung dan mengikuti paham kegamaan NU. Maka dalam hal ini bisa dirujuk hasil penelitian Saiful Mujani (2002) yiatu berkisar 48% dari Muslim santri Indonesia. Suaidi Asyari (Nalar Politik NU & Muhammadiyah, 2009) memperkirakan ada sekitar 51 juta dari Muslim santri Indonesia dapat dikatakan pendukung atau pengikut paham keagamaan NU. Sedangkan jumlah Muslim santri yang disebut sampai 80 juta atau lebih merupakan mereka yang sama paham keagamaannya dengan paham kegamaan NU. Belum tentu mereka ini semuanya warga atau mau disebut berafiliasi dengan NU. Mayoritas pengikut NU terdapat di pulau jawa, kalimantan, sulawesi dan sumatra. Perkembangan terakhir pengikut NU mempunyai profesi beragam yang sebagian besar dari mereka adalah rakyat jelata, baik di kota maupun di desa. Mereka memiliki kohesifitas yang tinggi karena secara sosial ekonomi memiliki problem yang sama, selain itu mereka juga sangat menjiwai ajaran ahlususunnah wal jamaah. Pada umumnya mereka memiliki ikatan cukup kuat dengan dunia pesantren yang merupakan pusat pendidikan rakyat dan cagar budaya NU.

Basis pendukung NU ini mengalami pergeseran, sejalan dengan pembangunan dan perkembangan industrialisasi, maka penduduk NU di desa banyak yang bermigrasi ke kota memasuki sektor industri. Maka kalau selama ini basis NU lebih kuat di sektor petani di pedesaan, maka saat di sektor buruh di perkotaan, juga cukup dominan. Demikian juga dengan terbukanya sistem pendidikan, basis intelektual dalam NU juga semakin meluas, sejalan dengan cepatnya mobilitas sosial yang terjadi selama ini. Belakangan ini NU sudah memiliku sejumlah Doktor atau Master dalam berbagai bidang ilmu selain dari ilmu ke-Islam-an baik dari dalam maupun luar negeri, termasuk negara-negara Barat. Hanya saja para Doktor dan Master ini belum dimamfaatkan secara maksimal oleh para pengurus NU hampir di setiap lapisan kepengurusan NU.

NU di kabupaten temanggung bermula dari para pengikut Toriqoh Naqshobandoyah yang berpusat di sokaraja banyumas kebetulan wilayah temanggung termasuk konsul banyumas yang diketuai oleh raden muhtar.kota parakan mulanya dijadikan cabang mengingat badal toriqoh sukaraja berpusat di parakan.
[sunting]
Tujuan dan Usaha Organisasi
[sunting]
Tujuan Organisasi

Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah waljama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
[sunting]
Usaha Organisasi
Di bidang agama, melaksanakan dakwah Islamiyah dan meningkatkan rasa persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan dalam perbedaan.
Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, untuk membentuk muslim yang bertakwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas.Hal ini terbukti dengan lahirnya Lembaga-lembaga Pendidikan yang bernuansa NU dan sudah tersebar di berbagai daerah khususnya di Pulau Jawa.
Di bidang sosial budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta kebudayaan yang sesuai dengan nilai keislaman dan kemanusiaan.
Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk menikmati hasil pembangunan, dengan mengutamakan berkembangnya ekonomi rakyat.Hal ini ditandai dengan lahirnya BMT dan Badan Keuangan lain yang yang telah terbukti membantu masyarakat.
Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat luas. NU berusaha mengabdi dan menjadi yang terbaik bagi masyrakat.
[sunting]
Struktur Organisasi
Pengurus Besar (tingkat Pusat)
Pengurus Wilayah (tingkat Propinsi)
Pengurus Cabang (tingkat Kabupaten/Kota) atau Pengurus Cabang Istimewa untuk kepengurusan di luar negeri
Pengurus Majlis Wakil Cabang / MWC (tingkat Kecamatan)
Pengurus Ranting (tingkat Desa / Kelurahan)

Untuk Pusat, Wilayah, Cabang, dan Majelis Wakil Cabang, setiap kepengurusan terdiri dari:
Mustayar (Penasihat)
Syuriyah (Pimpinan tertinggi)
Tanfidziyah (Pelaksana Harian)

Untuk Ranting, setiap kepengurusan terdiri dari:
Syuriyah (Pimpinan tertinggi)
Tanfidziyah (Pelaksana harian)
[sunting]
Daftar Pimpinan Nahdlatul Ulama

Berikut ini adalah daftar Ketua Rais Aam (pimpinan tertinggi) Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama:
KH Mohammad Hasyim Asy'arie 1926 - 1947
KH Abdul Wahab Chasbullah 1947 - 1971
KH Bisri Syansuri 1972 - 1980
KH Muhammad Ali Maksum 1980 - 1984
KH Achmad Muhammad Hasan Siddiq 1984 - 1991
KH Ali Yafie (pjs) 1991 - 1992
KH Mohammad Ilyas Ruhiat 1992 - 1999
KH Mohammad Ahmad Sahal Mahfudz 1999 - sekarang
[sunting]
Jaringan Organisasi

Hingga akhir tahun 2000, jaringan organisasi NU meliputi:
33 Wilayah
439 Cabang
15 Cabang Istimewa yang berada di luar negeri
5.450 Majelis Wakil Cabang / MWC
47.125 Ranting
[sunting]
NU dan Politik

Pertama kali NU terjun pada politik praktis pada saat menyatakan memisahkan diri dengan Masyumi pada tahun 1952 dan kemudian mengikuti pemilu 1955. NU cukup berhasil dengan merahil 45 kursi DPR dan 91 kursi Konstituante. Pada masa Demokrasi Terpimpin NU dikenal sebagai partai yang mendukung Sukarno. Setelah PKI memberontak, NU tampil sebagai salah satu golongan yang aktif menekan PKI, terutama lewat sayap pemudanya GP Ansor.

NU kemudian menggabungkan diri dengan Partai Persatuan Pembangunan pada tanggal 5 Januari 1973 atas desakan penguasa orde baru. Mengikuti pemilu 1977 dan 1982 bersama PPP. Pada muktamar NU di Situbondo, NU menyatakan diri untuk 'Kembali ke Khittah 1926' yaitu untuk tidak berpolitik praktis lagi.

Namun setelah reformasi 1998, muncul partai-partai yang mengatasnamakan NU. Yang terpenting adalah Partai Kebangkitan Bangsa yang dideklarasikan oleh Abdurrahman Wahid. Pada pemilu 1999 PKB memperoleh 51 kursi DPR dan bahkan bisa mengantarkan Abdurrahman Wahid sebagai Presiden RI. Pada pemilu 2004, PKB memperoleh 52 kursi DPR.