Senin, 30 November 2009

SEJARAH CIMANDE

Semua komunitas Maenpo Cimande sepakat tentang siapa penemu Maenpo Cimande, semua mengarah kepada Abah Khaer (penulisan ada yang: Kaher, Kahir, Kair, Kaer dsb. Abah dalam bahasa Indonesia berarti Eyang, atau dalam bahasa Inggris Great Grandfather). Tetapi yang sering diperdebatkan adalah dari mana Abah Khaer itu berasal dan darimana dia belajar Maenpo. Ada 3 versi utama yang sering diperdebatkan, yaitu:

1. Versi Pertama
Ini adalah versi yang berkembang di daerah Priangan Timur (terutama meliputi daerah Garut dan Tasikmalaya) dan juga Cianjur selatan. Berdasarkan versi yang ini, Abah Khaer belajar Silat dari istrinya. Abah Khaer diceritakan sebagai seorang pedagang (dari Bogor sekitar abad 17-abad 18) yang sering melakukan perjalanan antara Batavia, Bogor, Cianjur, Bandung, Sumedang, dsb. Dan dalam perjalanan tersebut beliau sering dirampok, itu terjadi sampai istrinya menemukan sesuatu yang berharga.

Suatu waktu, ketika Abah Khaer pulang dari berdagang, beliau tidak menemukan istrinya ada di rumah... padahal saat itu sudah menjelang sore hari, dan ini bukan kebiasaan istrinya meninggalkan rumah sampai sore. Beliau menunggu dan menunggu... sampai merasa jengkel dan khawatir... jengkel karena perut lapar belum diisi dan khawatir karena sampai menjelang tengah malam istrinya belum datang juga. Akhirnya tak lama kemudian istrinya datang juga, hilang rasa khawatir... yang ada tinggal jengkel dan marah. Abah Khaer bertanya kepada istrinya... "ti mana maneh?" (Dari mana kamu?) tetapi tidak menunggu istrinya menjawab, melainkan langsung mau menempeleng istrinya. Tetapi istrinya malah bisa menghindar dengan indahnya, dan membuat Abah Khaer kehilangan keseimbangan. Ini membuat Abah Khaer semakin marah dan mencoba terus memukul... tetapi semakin mencoba memukul dengan amarah, semakin mudah juga istrinya menghindar. Ini terjadi terus sampai Abah Khaer jatuh kecapean dan menyadari kekhilafannya... dan bertanya kembali ke istrinya dengan halus "ti mana anjeun teh Nyi? Tuluy ti iraha anjeun bisa Ulin?" (Dari mana kamu? Lalu dari mana kamu bisa "Main"?).

Akhirnya istrinya menjelaskan bahwa ketika tadi pagi ia pergi ke sungai untuk mencuci dan mengambil air, ia melihat Harimau berkelahi dengan 2 ekor monyet. (Salah satu monyet memegang ranting pohon.) Saking indahnya perkelahian itu sampai-sampai ia terkesima, dan memutuskan akan menonton sampai beres. Ia mencoba mengingat semua gerakan baik itu dari Harimau maupun dari Monyet, untungnya baik Harimau maupun Monyet banyak mengulang-ngulang gerakan yang sama, dan itu mempermudah ia mengingat semua gerakan. Pertarungan antara Harimau dan Monyet sendiri baru berakhir menjelang malam.

Setelah pertarungan itu selesai, ia masih terkesima dan dibuat takjub oleh apa yang ditunjukan Harimau dan Monyet tersebut. Akhirnya ia pun berlatih sendirian di pinggir sungai sampai betul-betul menguasai semuanya (Hapal), dan itu menjelang tengah malam.

Apa yang ia pakai ketika menghindar dari serangan Abah Khaer, adalah apa yang ia dapat dari melihat pertarungan antara Harimau dan Monyet itu. Saat itu juga, Abah Khaer meminta istrinya mengajarkan beliau. Ia berpikir, 2 kepala yang mengingat lebih baik daripada satu kepala. Ia takut apa yang istrinya ingat akan lupa. Beliau berhenti berdagang dalam suatu waktu, untuk melatih semua gerakan itu, dan baru berdagang kembali setelah merasa mahir. Diceritakan bahwa beliau bisa mengalahkan semua perampok yang mencegatnya, dan mulailah beliau membangun reputasinya di dunia persilatan.

Jurus yang dilatih:
1. Jurus Harimau/Pamacan (Pamacan, tetapi mohon dibedakan pamacan yang "black magic" dengan jurus pamacan. Pamacan black magic biasanya kuku menjadi panjang, mengeluarkan suara-suara aneh, mata merah dll. Silakan guyur aja dengan air kalau ketemu yang kaya gini).
2. Jurus Monyet/Pamonyet (Sekarang sudah sangat jarang sekali yang mengajarkan jurus ini, dianggap punah. Saya sendiri sempat melihatnya di Tasikmalaya, semoga beliau diberi umur panjang, kesehatan dan murid yang berbakti sehingga jurus ini tidak benar-benar punah).
3. Jurus Pepedangan (ini diambil dari monyet satunya lagi yang memegang ranting).

Cerita di atas sebenarnya lebih cenderung mitos, tidak bisa dibuktikan kebenarannya, walaupun jurus-jurusnya ada. Maenpo Cimande sendiri dibawa ke daerah Priangan Timur dan Cianjur selatan oleh pekerja-pekerja perkebunan teh. Hal yang menarik adalah beberapa perguruan tua di daerah itu kalau ditanya darimana belajar Maenpo Cimande selalu menjawab "ti indung" (dari ibu), karena memang mitos itu mempengaruhi budaya setempat, jadi jangan heran kalau di daerah itu perempuan pun betul-betul mempelajari Maenpo Cimande dan mengajarkannya kepada anak-anak atau cucu-cucunya, seperti halnya istrinya Abah Khaer mengajarkan kepada Abah Khaer.

Perkembangannya Maenpo Cimande sendiri sekarang di daerah tersebut sudah diajarkan bersama dengan aliran lain (Cikalong, Madi, Kari, Sahbandar, dll). Beberapa tokoh yang sangat disegani adalah K.H. Yusuf Todziri (sekitar akhir 1800 - awal 1900), Kiai Papak (perang kemerdekaan, komandannya Mamih Enny), Kiai Aji (pendiri Gadjah Putih Mega Paksi Pusaka, perang kemerdekaan), Kiai Marzuk (Maenpo H. Marzuk, jaman penjajahan Belanda), dll.

2. Versi Kedua
Menurut versi kedua, Abah Khaer adalah seorang ahli maenpo dari Kampung Badui. Beliau dipercayai sebagai keturunan Abah Bugis (Bugis di sini tidak merujuk kepada nama suku atau daerah di Indonesia Tengah). Abah Bugis sendiri adalah salah seorang Guru ilmu perang khusus dan kanuragaan untuk prajurit pilihan di Kerajaan Padjadjaran dahulu kala. Kembali ke Badui, keberadaan Abah Khaer di Kampung Badui mengkhawatirkan sesepuh-sesepuh Kampung Badui, karena saat itu banyak sekali pendekar-pendekar dari daerah lain yang datang dan hendak mengadu jurus dengan Abah Khaer, dan semuanya berakhir dengan kematian. Kematian karena pertarungan di tanah Badui adalah merupakan "pengotoran" akan kesucian tanah Badui.

Karena itu, pimpinan Badui (biasa dipanggil Pu'un) meminta Abah Khaer untuk meninggalkan Kampung Badui, dengan berat hati... Abah Khaer pun pergi meninggalkan Kampung Badui dan bermukim di desa Cimande-Bogor. Tetapi, untuk menjaga rahasia-rahasia Kampung Badui (terutama Badui dalam), Abah Khaer diminta untuk membantah kalau dikatakan dia berasal dari Badui, dan orang Badui (Badui dalam) pun semenjak itu diharamkan melatih Maenpo mereka ke orang luar, jangankan melatih... menunjukan pun tidak boleh. Satu hal lagi, Abah Khaer pun berjanji untuk "menghaluskan" Maenpo nya, sehingga tidak ada lagi yang terbunuh dalam pertarungan, dan juga beliau berjanji hanya akan memakai dan memanfaatkannya untuk kemanusiaan. Oleh karena itu, dahulu beberapa Guru-guru Cimande tua tidak akan menerima bayaran dari muridnya yang berupa uang, lain halnya kalau mereka memberi barang... misal beras, ayam, gula merah atau tembakau sebagai wujud bakti murid terhadap Guru. Barang-barang itupun, oleh Guru tidak boleh dijual kembali untuk diuangkan.

Versi kedua ini banyak diadopsi oleh komunitas Maenpo dari daerah Jawa Barat bagian barat (Banten, Serang, Sukabumi, Tangerang, dsb). Mereka juga mempercayai beberapa aliran tua di sana awalnya dari Abah Khaer, misalnya Sera. Penca Sera berasal dari Uwak Sera yang dikatakan sebagai salah seorang murid Abah Khaer (ada yang mengatakan anak, tetapi paham ini bertentangan dengan paham lain yang lebih tertulis). Penca Sera sendiri sayangnya sekarang diakui dan dipatenkan di US oleh orang Indo-Belanda sebagai beladiri keluarga mereka.

3. Versi Ketiga
Versi ketiga inilah yang "sedikit" ada bukti-bukti tertulis dan tempat yang lebih jelas. Versi ini pulalah yang dipakai oleh keturunan beliau di Kampung Tarik Kolot - Cimande (Bogor). Meskipun begitu, versi ini tidak menjawab tuntas beberapa pertanyaan, misal: Siapa genius yang menciptakan aliran Maenpo ini yang kelak disebut Maenpo Cimande.

Abah Khaer diceritakan sebagai murid dari Abah Buyut, masalahnya dalam budaya Sunda istilah Buyut dipakai sebagaimana "leluhur" dalam bahasa Indonesia. Jadi Abah Buyut sendiri merupakan sebuah misteri terpisah, darimana beliau belajar Maenpo ini... apakah hasil perenungan sendiri atau ada yang mengajari? Yang pasti, di desa tersebut... tepatnya di Tanah Sareal terletak makam leluhur Maenpo Cimande ini... Abah Buyut, Abah Rangga, Abah Khaer, dll.

Abah Khaer awalnya berprofesi sebagai pedagang (kuda dan lainnya), sehingga sering bepergian ke beberapa daerah, terutama Batavia. Saat itu perjalanan Bogor-Batavia tidak semudah sekarang, bukan hanya perampok... tetapi juga Harimau, Macan Tutul dan Macan Kumbang. Tantangan alam seperti itulah yang turut membentuk beladiri yang dikuasai Abah Khaer ini. Disamping itu, di Batavia Abah Khaer berkawan dan saling bertukar jurus dengan beberapa pendekar dari China dan juga dari Sumatra. Dengan kualitas basic beladirinya yang matang dari Guru yang benar (Abah Buyut), juga tempaan dari tantangan alam dan keterbukaan menerima kelebihan dan masukan orang lain, secara tidak sadar Abah Khaer sudah membentuk sebuah aliran yang dasyat dan juga mengangkat namanya.

Saat itu (sekitar 1700-1800) di Cianjur berkuasa Bupati Rd. Aria Wiratanudatar VI (1776-1813, dikenal juga dengan nama Dalem Enoh). Sang Bupati mendengar kehebatan Abah Khaer, dan memintanya untuk tinggal di Cianjur dan bekerja sebagai "pamuk" (pamuk=guru beladiri) di lingkungan Kabupatian dan keluarga bupati. Bupati Aria Wiratanudatar VI memiliki 3 orang anak, yaitu: Rd. Aria Wiranagara (Aria Cikalong), Rd. Aria Natanagara (Rd.Haji Muhammad Tobri) dan Aom Abas (ketika dewasa menjadi Bupati di Limbangan-Garut). Satu nama yang patut dicatat di sini adalah Aria Wiranagara (Aria Cikalong), karena beliaulah yang merupakan salah satu murid terbaik Abah Khaer dan nantinya memiliki cucu yang "menciptakan" aliran baru yang tak kalah dasyat.

Sepeninggal Bupati Aria Wiratanudatar VI (tahun 1813), Abah Khaer pergi dari Cianjur mengikuti Rd. Aria Natanagara yang menjadi Bupati di Bogor. Mulai saat itulah beliau tinggal di Kampung Tarik Kolot - Cimande sampai wafat (Tahun 1825, usia tidak tercatat). Abah Khaer sendiri memiliki 5 orang anak, seperti yang dapat dilihat di bawah ini. Mereka inilah dan murid-muridnya sewaktu beliau bekerja di kabupaten yang menyebarkan Maenpo Cimande ke seluruh Jawa Barat.


Dan ini adalah gambaran dari salah seorang anak Rd. Aria Wiratanudatar VI, yaitu Aom Abas, yang setelah menjadi Bupati di Limbangan Garut juga bergelar Rd. Aria Wiratanudatar.


Sayangnya image tentang Abah Khaer sendiri tidak ada, cuma digambarkan bahwa beliau: "selalu berpakain kampret dan celana pangsi warna hitam. Dan juga beliau selalu memakai ikat kepala warna merah, digambarkan bahwa ketika beliau "ibing" di atas panggung penampilannya sangat expressif, dengan badan yang tidak besar tetapi otot-otot yang berisi dan terlatih baik, ketika "ibing" (menari) seperti tidak mengenal lelah. Terlihat bahwa dia sangat menikmati tariannya tetapi tidak kehilangan kewaspadaannya, langkahnya ringan bagaikan tidak menapak panggung, gerakannya selaras dengan kendang ("Nincak kana kendang" - istilah sunda). Penampilannya betul-betul tidak bisa dilupakan dan terus diperbincangkan." (dari cerita/buku Pangeran Kornel, legenda dari Sumedang, dalam salah satu bagian yang menceritakan kedatangan Abah Khaer ke Sumedang, aslinya dalam bahasa Sunda, pengarang Rd Memed Sastradiprawira).


by: Bradlee

sejarah NU

Sejarah NU

Keterbelakangan baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, telah menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1928 tersebut dikenal dengan "Kebangkitan Nasional". Semangat kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana - setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain. Sebagai jawabannya, muncullah berbagai organisasi pendidikan dan pembebasan.

Kalangan pesantren yang selama ini gigih melawan kolonialisme, merespon kebangkitan nasional tersebut dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada 1916. Kemudian pada tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan "Nahdlatul Fikri" (kebangkitan pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar, (pergerakan kaum saudagar). Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagai kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.

Suatu waktu Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal yakni mazhab Wahabi di Mekkah, serta hendak menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam maupun pra Islam, yang selama ini banyak diziarahi karena dianggap bidah. Gagasan kaum Wahabi tersebut mendapat sambutan hangat dari kaum modernis di Indonesia, baik kalangan Muhammadiyah maupun PSII di bawah pimpinan HOS Tjokroaminoto. Sebaliknya, kalangan pesantren yang selama ini membela keberagaman, menolak pembatasan bermazhab dan penghancuran warisan peradaban tersebut.

Dengan sikapnya yang berbeda itu kalangan pesantren dikeluarkan dari anggota Kongres Al Islam di Yogyakarta pada tahun 1925. Akibatnya kalangan pesantren juga tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam Mu'tamar 'Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Mekkah yang akan mengesahkan keputusan tersebut. Sumber lain menyebutkan bahwa K.H. Hasyim Asy'ari, K.H. Wahab Hasbullah dan sesepuh NU lainnya melakukan walk out.

Didorong oleh minatnya yang gigih untuk menciptakan kebebasan bermazhab serta peduli terhadap pelestarian warisan peradaban, maka kalangan pesantren terpaksa membuat delegasi sendiri yang dinamakan Komite Hejaz, yang diketuai oleh K.H. Wahab Hasbullah.

Atas desakan kalangan pesantren yang terhimpun dalam Komite Hejaz, dan tantangan dari segala penjuru umat Islam di dunia, maka Raja Ibnu Saud mengurungkan niatnya. Hasilnya, hingga saat ini di Mekkah bebas dilaksanakan ibadah sesuai dengan mazhab mereka masing-masing. Itulah peran internasional kalangan pesantren pertama, yang berhasil memperjuangkan kebebasan bermazhab dan berhasil menyelamatkan peninggalan sejarah dan peradaban yang sangat berharga.

Berangkan komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkordinasi dengan berbagai kiai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar.

Untuk menegaskan prisip dasar orgasnisai ini, maka K.H. Hasyim Asy'ari merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam khittah NU, yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.
[sunting]
Paham Keagamaan

NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli (skripturalis). Karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak hanya al-Qur'an, sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik. Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu seperti Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi. Kemudian dalam bidang fikih mengikuti satu mazhab:Syafi'i meskipun mengakui tiga madzhab yang lain: Hanafi, Maliki, Hanbali sebagaimana yang tergambar dalam lambang NU berbintang 4 di bawah. Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.

Gagasan kembali kekhittah pada tahun 1984, merupakan momentum penting untuk menafsirkan kembali ajaran ahlussunnah wal jamaah, serta merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam bidang fikih maupun sosial. Serta merumuskankembali hubungan NU dengan negara. Gerakan tersebut berhasil kembali membangkitkan gairah pemikiran dan dinamika sosial dalam NU.
[sunting]
Basis pendukung

Bendera Nahdlatul Ulama

Dalam menentukan basis pendukung atau warga NU ada beberapa istilah yang perlu diperjelas, yaitu anggota, pendukung atau simpatisan dan Muslim tradisionalis yang sepaham dengan NU. Jika istilah warga disamakan dengan istilah anggota, maka sampai hari ini tidak ada satu dokumen resmipun yang bisa dirujuk untuk itu. Karena sampai hari ini tidak ada upaya serius di tumbuh NU di tingkat apapun untuk mengelola keanggotaannya. Dari segi pendukung atau simpatisan ada dua cara melihatnya. Dari segi politik, ini bisa dilihat dari jumlah perolehan suara partai-partai yang berbasis atau diasosiasikan dengan NU, seperti PKBU, PNU, PKU, Partai SUNI, dan sebagian dari PPP. Dari segi paham keagamaan maka bisa dilihat dari jumlah orang yang mendukung dan mengikuti paham kegamaan NU. Maka dalam hal ini bisa dirujuk hasil penelitian Saiful Mujani (2002) yiatu berkisar 48% dari Muslim santri Indonesia. Suaidi Asyari (Nalar Politik NU & Muhammadiyah, 2009) memperkirakan ada sekitar 51 juta dari Muslim santri Indonesia dapat dikatakan pendukung atau pengikut paham keagamaan NU. Sedangkan jumlah Muslim santri yang disebut sampai 80 juta atau lebih merupakan mereka yang sama paham keagamaannya dengan paham kegamaan NU. Belum tentu mereka ini semuanya warga atau mau disebut berafiliasi dengan NU. Mayoritas pengikut NU terdapat di pulau jawa, kalimantan, sulawesi dan sumatra. Perkembangan terakhir pengikut NU mempunyai profesi beragam yang sebagian besar dari mereka adalah rakyat jelata, baik di kota maupun di desa. Mereka memiliki kohesifitas yang tinggi karena secara sosial ekonomi memiliki problem yang sama, selain itu mereka juga sangat menjiwai ajaran ahlususunnah wal jamaah. Pada umumnya mereka memiliki ikatan cukup kuat dengan dunia pesantren yang merupakan pusat pendidikan rakyat dan cagar budaya NU.

Basis pendukung NU ini mengalami pergeseran, sejalan dengan pembangunan dan perkembangan industrialisasi, maka penduduk NU di desa banyak yang bermigrasi ke kota memasuki sektor industri. Maka kalau selama ini basis NU lebih kuat di sektor petani di pedesaan, maka saat di sektor buruh di perkotaan, juga cukup dominan. Demikian juga dengan terbukanya sistem pendidikan, basis intelektual dalam NU juga semakin meluas, sejalan dengan cepatnya mobilitas sosial yang terjadi selama ini. Belakangan ini NU sudah memiliku sejumlah Doktor atau Master dalam berbagai bidang ilmu selain dari ilmu ke-Islam-an baik dari dalam maupun luar negeri, termasuk negara-negara Barat. Hanya saja para Doktor dan Master ini belum dimamfaatkan secara maksimal oleh para pengurus NU hampir di setiap lapisan kepengurusan NU.

NU di kabupaten temanggung bermula dari para pengikut Toriqoh Naqshobandoyah yang berpusat di sokaraja banyumas kebetulan wilayah temanggung termasuk konsul banyumas yang diketuai oleh raden muhtar.kota parakan mulanya dijadikan cabang mengingat badal toriqoh sukaraja berpusat di parakan.
[sunting]
Tujuan dan Usaha Organisasi
[sunting]
Tujuan Organisasi

Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah waljama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
[sunting]
Usaha Organisasi
Di bidang agama, melaksanakan dakwah Islamiyah dan meningkatkan rasa persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan dalam perbedaan.
Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, untuk membentuk muslim yang bertakwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas.Hal ini terbukti dengan lahirnya Lembaga-lembaga Pendidikan yang bernuansa NU dan sudah tersebar di berbagai daerah khususnya di Pulau Jawa.
Di bidang sosial budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta kebudayaan yang sesuai dengan nilai keislaman dan kemanusiaan.
Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk menikmati hasil pembangunan, dengan mengutamakan berkembangnya ekonomi rakyat.Hal ini ditandai dengan lahirnya BMT dan Badan Keuangan lain yang yang telah terbukti membantu masyarakat.
Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat luas. NU berusaha mengabdi dan menjadi yang terbaik bagi masyrakat.
[sunting]
Struktur Organisasi
Pengurus Besar (tingkat Pusat)
Pengurus Wilayah (tingkat Propinsi)
Pengurus Cabang (tingkat Kabupaten/Kota) atau Pengurus Cabang Istimewa untuk kepengurusan di luar negeri
Pengurus Majlis Wakil Cabang / MWC (tingkat Kecamatan)
Pengurus Ranting (tingkat Desa / Kelurahan)

Untuk Pusat, Wilayah, Cabang, dan Majelis Wakil Cabang, setiap kepengurusan terdiri dari:
Mustayar (Penasihat)
Syuriyah (Pimpinan tertinggi)
Tanfidziyah (Pelaksana Harian)

Untuk Ranting, setiap kepengurusan terdiri dari:
Syuriyah (Pimpinan tertinggi)
Tanfidziyah (Pelaksana harian)
[sunting]
Daftar Pimpinan Nahdlatul Ulama

Berikut ini adalah daftar Ketua Rais Aam (pimpinan tertinggi) Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama:
KH Mohammad Hasyim Asy'arie 1926 - 1947
KH Abdul Wahab Chasbullah 1947 - 1971
KH Bisri Syansuri 1972 - 1980
KH Muhammad Ali Maksum 1980 - 1984
KH Achmad Muhammad Hasan Siddiq 1984 - 1991
KH Ali Yafie (pjs) 1991 - 1992
KH Mohammad Ilyas Ruhiat 1992 - 1999
KH Mohammad Ahmad Sahal Mahfudz 1999 - sekarang
[sunting]
Jaringan Organisasi

Hingga akhir tahun 2000, jaringan organisasi NU meliputi:
33 Wilayah
439 Cabang
15 Cabang Istimewa yang berada di luar negeri
5.450 Majelis Wakil Cabang / MWC
47.125 Ranting
[sunting]
NU dan Politik

Pertama kali NU terjun pada politik praktis pada saat menyatakan memisahkan diri dengan Masyumi pada tahun 1952 dan kemudian mengikuti pemilu 1955. NU cukup berhasil dengan merahil 45 kursi DPR dan 91 kursi Konstituante. Pada masa Demokrasi Terpimpin NU dikenal sebagai partai yang mendukung Sukarno. Setelah PKI memberontak, NU tampil sebagai salah satu golongan yang aktif menekan PKI, terutama lewat sayap pemudanya GP Ansor.

NU kemudian menggabungkan diri dengan Partai Persatuan Pembangunan pada tanggal 5 Januari 1973 atas desakan penguasa orde baru. Mengikuti pemilu 1977 dan 1982 bersama PPP. Pada muktamar NU di Situbondo, NU menyatakan diri untuk 'Kembali ke Khittah 1926' yaitu untuk tidak berpolitik praktis lagi.

Namun setelah reformasi 1998, muncul partai-partai yang mengatasnamakan NU. Yang terpenting adalah Partai Kebangkitan Bangsa yang dideklarasikan oleh Abdurrahman Wahid. Pada pemilu 1999 PKB memperoleh 51 kursi DPR dan bahkan bisa mengantarkan Abdurrahman Wahid sebagai Presiden RI. Pada pemilu 2004, PKB memperoleh 52 kursi DPR.

Minggu, 29 November 2009

sejarah gontor

Pondok Modern Darussalam Gontor Didirikan 10 April 1926 Jenis Pesantren Modern Afiliasi keagamaan Islam Pengasuh KH Hasan Abdullah Sahal
KH Sukri Zarkasy
KH Syamsul Hadi Abdan Lokasi Ponorogo,



Pondok Gontor didirikan pada 10 April 1926 di Ponorogo, Jawa Timur oleh tiga bersaudara putra Kiai Santoso Anom Besari. Tiga bersaudara ini adalah KH Ahmad Sahal, KH Zainudin Fananie, dan KH Imam Imam Zarkasy dan yang kemudian dikenal dengan istilah Trimurti.
Pada masa itu pesantren ditempatkan di luar garis modernisasi, dimana para santri pesantren oleh masyarakat dianggap pintar soal agama tetapi buta akan pengetahuan umum. Trimurti kemudian menerapkan format baru dan mendirikan Pondok Gontor dengan mempertahankan sebagian tradisi pesantren salaf dan mengubah metode pengajaran pesantren yang menggunakan sistem watonan (massal) dan sorogan (individu) diganti dengan sistem klasik seperti sekolah umum. Pada awalnya Pondok Gontor hanya memiliki Tarbiyatul Atfhfal (setingkat taman kanak-kanak) lalu meningkat dengan didirikannya Kulliyatul Mu'alimat Al-Islami (KMI) yang setara dengan lulusan sekolah menengah. Pada tahun 1963 Pondok Gontor mendirikan Institut Studi Islam Darussalam (ISID).
Pesantren Gontor dikelola oleh Badan Wakaf yang beranggotakan tokoh-tokoh alumni pesantren dan tokoh yang peduli Islam sebagai penentu Kebijakan Pesantren dan untuk pelaksanaannya dijalankan oleh tiga orang pengasuh (Kyai) yaitu KH Hasan Abdullah Sahal (Putra KH Ahmad Sahal). KH Sukri Zarkasy (putra KH Imam Zarkasy)dan KH Syamsul Hadi Abdan. Tradisi pengelolaan oleh tiga pengasuh ini, melanjutkan pola Trimurti (Pendiri).
Pada saat peristiwa Madiun tahun 1948 saat Muso telah menguasai daerah Karesidenan Madiun (Madiun, Ponorogo, Magetan, Pacitan dan Ngawi) dan membunuhi banyak tokoh agama, dimana pada saat itu TNI sudah dilumpuhkan oleh PKI, Pesantren Gontor diliburkan dan santri serta ustadnya hijrah guna menghindar dari kejaran pasukan Muso. KH Ahmad Sahal(alm) selamat dalam persembunyian di sebuah Gua di pegunungan daerah Mlarak. Gua tersebut kini disebut dengan Gua Ahmad Sahal. Kegiatan Pendidikan Pesantren dilanjutkan kembali setelah kondisi normal.
Pandangan Modern KH Ahmad Sahal, sebagai Pendiri tertua dari Trimurti dan kedua adiknya yaitu KH Ahmad Fanani dan KH Imam Zarkasy diwujudkan pula dalam menyekolahkan putra-putrinya selain di sekolah agama (pesantren) juga di sekolah umum. Drs. H. Ali Syaifullah Sahal (alm) alumni Filsafat UGM dan sebuah Universitas di Australia, dosen di IKIP Malang; Dra. Hj. Rukayah Sahal dosen IKIP (UMJ) Jakarta dll.
Dan tentu menjadi bahan pemikiran anggota Badan Wakaf saat ini, untuk mewujudkan Pesantren Gontor menjadi semacam Universitas Al Azhar di Mesir, sebuah universitas yang memiliki berbagai bidang kajian (Agama serta Ilmu dan Teknologi) yang berbasiskan Islam.
Pada tahun 1994 didirikan pondok khusus putri untuk tingkat KMI dan pendidikan tinggi yang khusus menerima alumni KMI. Pondok khusus putri ini menempati tanah wakaf seluas 187 hektar. Terletak di Desa Sambirejo, Kecamatan Mantingan, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Kini, pondok khusus putri memiliki empat cabang, tiga cabang berlokasi di Ngawi dan satu cabang di Sulawesi Tenggara.
Hingga kini gontor telah memiliki 10 cabang yang terdiri dari 13 kampus di seluruh Indonesia dan santri/ santriwatinya mencapai 14.273 orang. Tidak seperti pesantren pada umumnya, para pengajarnya pun berdasi dan bercelana panjang pantalon.
[sunting] Kulliyatul-Mu'allimin al-Islamiyah (KMI)
Adalah jenjang pendidikan menengah di Pondok Gontor yang setara dengan SMP dan SMA. Masa belajar dapat diselesaikan dengan empat tahun dan/atau enam tahun
[sunting] Jam belajar
Jam belajar di pondok gontor dimulai pada jam 04.30 saat shalat subuh dan berakhir pada pukul 22:00.
Jam belajar ini terbagi menjadi dua bagian:
• Pendidikan formal dimulai dari pukul 07:00 - 12:15
• Pengasuhan dimulai pukul 13.00
[sunting] Kurikulum dan Pelajaran
Kurikulum KMI yang bersifat akademis dibagi dalam beberapa bidang, yaitu:
• Bahasa Arab
• Dirasah Islamiyah
• Ilmu keguruan dan psikologi pendidikan
• Bahasa Inggris
• Ilmu Pasti
• Ilmu Pengetahuan Alam
• Ilmu Pengetahuan Sosial
• Keindonesiaan/ Kewarganegaraan.
KMI membagi pendidikan formalnya dalam perjenjangan yang sudah diterapkan sejak tahun 1936. KMI memiliki program reguler dan program intensif.
• Program reguler untuk lulusan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) dengan masa belajar hingga enam tahun. Kelas I-III setingkat dengan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) jika mengacu pada kurikulum nasional dan kelas IV-VI setara dengan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (MA).
• Program intensif KMI untuk lulusan SMP/MTs yang ditempuh dalam 4 tahun.
• Bahasa Arab dan bahasa Inggris ditetapkan sebagai bahasa pergaulan dan bahasa pengantar pendidikan, kecuali mata pelajaran tertentu yang harus disampaikan dengan Bahasa Indonesia. Bahasa Arab dimaksudkan agar santri memiliki dasar kuat untuk belajar agama mengingat dasar-dasar hukum Islam ditulis dalam bahasa Arab. Bahasa Inggris merupakan alat untuk mempelajari ilmu pengetahuan/umum.
• Pengasuhan santri adalah bidang yang menangani kegiatan ekstrakurikuler dan kurikuler. Setiap siswa wajib untuk menjadi guru untuk kegiatan pengasuhan pada saat kelas V dan VI jika ingin melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi di ISID, mereka tidak akan dipungut biaya, tetapi wajib mengajar kelas I-VI di luar jam kuliah.
• Pelatihan tambahan bagi guru dengan materi yang sesuai dengan standar pendidikan nasional.
• Keterampilan, kesenian, dan olahraga tidak masuk kedalam kurikulum tetapi menjadi aktivitas ekstrakurikuler.
• Siswa diajarkan untuk bersosialisasi dengan membentuk masyarakat sendiri di dalam pondok, melalui organ organisasi. Mulai dari ketua asrama, ketua kelas, ketua kelompok, organisasi intra/ekstra, hingga ketua regu pramuka. Sedikitnya ada 1.500 jabatan ketua yang selalu berputar setiap pertengahan tahun atau setiap tahun.
[sunting] Fasilitas
Kompleks pondok pada umumnya terdiri dari masjid besar, aula, gedung dua lantai, dan sekolah. Bangunan asrama melingkari bangunan sekolah.
Terdapat juga:
• Asrama santri
• Ruang-ruang praktikum
• Laboratorium Bahasa Arab dan Bahasa Inggris
• Perpustakaan
• Poliklinik
• Koperasi
• Kursus komputer
• Warung internet
• GOR
[sunting] Biaya sekolah dan sumber dana
• Biaya pendidikan bagi siswa di KMI sebesar Rp. 320.000 per bulan, terdiri dari Rp. 170.000 untuk uang makan dan Rp. 150.000 untuk biaya pendidikan
• Dosen dan pengasuh pondok tidak pernah digaji
• Manajemen pesantren dilakukan secara swadana dan swakelola
• Sumber pendanaan berasal dari santri dan pengembangannya dikelola dalam beberapa unit usaha untuk mendanai pendidikan, pengajaran, dan pengasuhan.
• Seluruh pengelola adalah keluarga besar pondok yang terdiri dari para santri dan dosen.
• Tidak dipungut Biaya Pendaftaran & Biaya Gedung
[sunting] Alumni
• M. Hidayat Nur Wahid, Ketua MPR RI
• Muhammad Maftuh Basyuni, Menteri Agama
• Din Syamsuddin, Ketua Umum PP Muhammadiyah.
• KH Hasyim Muzadi, Ketua Umum PB Nahdhatul Ulama (NU)
• Emha Ainun Nadjib (budayawan)
• Abu Bakar Baasyir (pimpinan Pondok Pesantren Ngruki, Solo)
• Nurcholis Madjid (cendekiawan Muslim)
• (KH Ahmad nur cholil.

sejarah persikabo bogor

Berdiri: 1975

Alamat: Jl.Aman no.4 Komplek Perkantoran Pemda Indonesia

Telpon: +62 (0) 21- 8791 1671

Ketua: Rahman Yasin (Ketua Umum)

Direktur: Soepono (Manajer)

Stadion: Persikabo, Kabupaten Bogor
Sejarah
Oleh Yuslan Kisra

Berdiri:1975
Alamat: Jalan Aman No 4, Komplek Perkantoran Pemda Kab. Bogor.
Julukan: Laskar Padjadjaran
Suporter: Kabomania
Stadion: Persikabo, Kabupaten Bogor
Kapasitas: 15.000 penonton

Sejarah Singkat

Persikabo yang merupakan singkatan dari Persatuan Sepakbola Indonesia Kabupaten Bogor adalah sebuah klub sepakbola profesional yang bermarkas di Kabupaten Bogor. Tim milik Pemda Bogor ini adalah salah satu kontestan divisi utama Liga Indonesia musim 2008/09.

Meski sudah cukup lama berdiri, tim ini baru mulai dikenal saat sepakbola Indonesia memasuki era liga profesional. Tepatnya pada musim 1994/95. Maklum saja karena pada musim pertama digulirkannya kompetisi berlabel Liga Indonesia, Persikabo tampil sebagai juara divisi II dan promosi ke divisi I.

Tidak cukup sampai disitu, prestasi tim ini terus melejit. Hanya dua musim berada di kasta kedua kompetisi sepakbola nasional, tim berjuluk Laskar Padjadjaran sukses menembus pentas tertinggi sepakbola nasional kala itu, divisi utama.Sayang karena hanya dua musim berada di divisi utama, tim ini kembali degradasi ke divisi I.

Menariknya, hanya satu musim turun kasta, tim ini pun kembali ke divisi utama. Tepatnya pada musim kompetisi 1999/00. Tapi lagi-lagi tim yang berada di pinggir Jakarta ini tidak kuat bertahan di pentas divisi utama, dan hanya tampil satu musim sebelum kembali degradasi ke divisi I.

Bahkan kala itu, anti klimaks dari prestasi tim ini. Sebab, setelah itu prestasi tim ini terus melorot hingga kembali ke divisi II. Barulah pada musim 2004 mereka kembali naik ke divisi I dan dua musim berikutnya ke divisi utama. Tapi pada perebutan tiket ke Superliga, tim ini gagal karena hanya menempati peringkat ke-11 wilayah Barat.

Prestasi Di Liga Dan Copa Indonesia

Sebagai tim yang sudah pernah merasakan persaingan di divisi utama, prestasi Persikabo musim ini terbilang lumayan. Skuad tim yang saat ini dibesut pelatih Suimin Diharja sukses menempatkan diri di jajaran elit kasta kedua kompetisi sepakbola nasional.

Dari 22 laga yang telah mereka mainkan, tim ini sukses mendulang 35 poin dan menempati peringkat kelima klasemen sementara divisi utama grup I. Begitu pula di ajang Copa Indonesia, tim ini sukses menembus babak 16 besar.

Sayang karena pada leg pertama babak ini, mereka kalah telak dari Persijap Jepara dengan skor 4-0. Peluang mereka pun untuk lolos ke babak berikut cukup berat karena harus menang dengan selisih minimal empat gol.

Catatan Prestasi
1994/95: Juara divisi II (promosi ke divisi I)
1995/96: Peringkat ketiga grup B divisi I
1996/97: Peringkat kedua grup B divisi I (promosi ke divisi utama)
1997/88: Peringkat ke-7 wilayah Barat divisi utama
1998/99: Perigkat ke-6 wilayah II divisi utama (degradasi ke divisi I)
1999/00: Peringkat ke-2 wilayah Barat divisi I (promosi ke divisi utama)
2001: Peringkat ke-14 divisi utama wilayah Barat (degradasi ke divisi I
2002: Peringkat ke-6 grup II divisi I (degradasi ke divisi II)
2003: Babak qualifikasi divisi II
2004: Delapan besar divisi II (promosi ke divisi I)
2005: Peringkat ke-6 wilayah I
2006: Babak delapan besar divisi I (promosi ke divisi utama)
2007: Peringkat ke-11 wilayah Barat

sejarah persib bandung

Sejarah

Sebelum bernama Persib, di Kota Bandung berdiri Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond (BIVB) pada sekitar tahun 1923. BIVB ini merupakan salah satu organisasi perjuangan kaum nasionalis pada masa itu. Tercatat sebagai Ketua Umum BIVB adalah Mr. Syamsudin yang kemudian diteruskan oleh putra pejuang wanita Dewi Sartika, yakni R. Atot.

Atot ini pulalah yang tercatat sebagai Komisaris daerah Jawa Barat yang pertama. BIVB memanfaatkan lapangan Tegallega di depan tribun pacuan kuda. Tim BIVB ini beberapa kali mengadakan pertandingan diluar kota seperti Yogyakarta dan Jatinegara Jakarta.

Pada tanggal 19 April 1930, BIVB bersama dengan VIJ Jakarta, SIVB (Persebaya), MIVB (sekarang PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun), VVB (Persis Solo), PSM (PSIM Yogyakarta) turut membidani kelahiran PSSI dalam pertemuan yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta. BIVB dalam pertemuan tersebut diwakili oleh Mr. Syamsuddin. Setahun kemudian kompetisi tahunan antar kota/perserikatan diselenggarakan. BIVB berhasil masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1933 meski kalah dari VIJ Jakarta.

BIVB kemudian menghilang dan muncul dua perkumpulan lain yang juga diwarnai nasionalisme Indonesia yakni Persatuan Sepak bola Indonesia Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (NVB). Pada tanggal 14 Maret 1933, kedua perkumpulan itu sepakat melakukan fusi dan lahirlah perkumpulan yang bernama Persib yang kemudian memilih Anwar St. Pamoentjak sebagai Ketua Umum. Klub- klub yang bergabung kedalam Persib adalah SIAP, Soenda, Singgalang, Diana, Matahari, OVU, RAN, HBOM, JOP, MALTA, dan Merapi.

Persib kembali masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1934, dan kembali kalah dari VIJ Jakarta. Dua tahun kemudian Persib kembali masuk final dan menderita kekalahan dari Persis Solo. Baru pada tahun 1937, Persib berhasil menjadi juara kompetisi setelah di final membalas kekalahan atas Persis.

Di Bandung pada masa itu juga sudah berdiri perkumpulan sepak bola yang dimotori oleh orang- orang Belanda yakni Voetbal Bond Bandung & Omstreken (VBBO). Perkumpulan ini kerap memandang rendah Persib. Seolah- olah Persib merupakan perkumpulan "kelas dua". VBBO sering mengejek Persib. Maklumlah pertandingan- pertandingan yang dilangsungkan oleh Persib dilakukan di pinggiran Bandung—ketika itu—seperti Tegallega dan Ciroyom. Masyarakat pun ketika itu lebih suka menyaksikan pertandingan yang digelar VBBO. Lokasi pertandingan memang didalam Kota Bandung dan tentu dianggap lebih bergengsi, yaitu dua lapangan di pusat kota, UNI dan SIDOLIG.

Persib memenangkan "perang dingin" dan menjadi perkumpulan sepak bola satu-satunya bagi masyarakat Bandung dan sekitarnya. Klub-klub yang tadinya bernaung dibawah VBBO seperti UNI dan SIDOLIG pun bergabung dengan Persib. Bahkan VBBO (sempat berganti menjadi PSBS sebagai suatu strategi) kemudian menyerahkan pula lapangan yang biasa mereka pergunakan untuk bertanding yakni Lapangan UNI, Lapangan SIDOLIG (kini Stadion Persib), dan Lapangan SPARTA (kini Stadion Siliwangi). Situasi ini tentu saja mengukuhkan eksistensi Persib di Bandung.

Ketika Indonesia jatuh ke tangan Jepang. Kegiatan persepak bolaan yang dinaungi organisasi lam dihentikan dan organisasinya dibredel. Hal ini tidak hanya terjadi di Bandung melainkan juga di seluruh tanah air. Dengan sendirinya Persib mengalami masa vakum. Apalagi Pemerintah Kolonial Jepang pun mendirikan perkumpulan baru yang menaungi kegiatan olahraga ketika itu yakni Rengo Tai Iku Kai.

Tapi sebagai organisasi bernapaskan perjuangan, Persib tidak takluk begitu saja pada keinginan Jepang. Memang nama Persib secara resmi berganti dengan nama yang berbahasa Jepang tadi. Tapi semangat juang, tujuan dan misi Persib sebagai sarana perjuangan tidak berubah sedikitpun.

Pada masa Revolusi Fisik, setelah Indonesia merdeka, Persib kembali menunjukkan eksistensinya. Situasi dan kondisi saat itu memaksa Persib untuk tidak hanya eksis di Bandung. Melainkan tersebar di berbagai kota, sehingga ada Persib di Tasikmalaya, Persib di Sumedang, dan Persib di Yogyakarta. Pada masa itu prajurit-prajurit Siliwangi hijrah ke ibukota perjuangan Yogyakarta.

Baru tahun 1948 Persib kembali berdiri di Bandung, kota kelahiran yang kemudian membesarkannya. Rongrongan Belanda kembali datang, VBBO diupayakan hidup lagi oleh Belanda (NICA) meski dengan nama yang berbahasa Indonesia Persib sebagai bagian dari kekuatan perjuangan nasional tentu saja dengan sekuat tenaga berusaha menggagalkan upaya tersebut. Pada masa pendudukan NICA tersebut, Persib didirikan kembali atas usaha antara lain, dokter Musa, Munadi, H. Alexa, Rd. Sugeng dengan Ketua Munadi.

Perjuangan Persib rupanya berhasil, sehingga di Bandung hanya ada satu perkumpulan sepak bola yakni Persib yang dilandasi semangat nasionalisme. Untuk kepentingan pengelolaan organisasi, decade 1950-an ini pun mencatat kejadian penting. Pada periode 1953-1957 itulah Persib mengakhiri masa pindah-pindah sekretariat. Walikota Bandung saat itu R. Enoch, membangun Sekretariat Persib di Cilentah. Sebelum akhirnya atas upaya R. Soendoro, Persib berhasil memiliki sekretariat Persib yang sampai sekarang berada di Jalan Gurame.

Pada masa itu, reputasi Persib sebagai salah satu jawara kompetisi perserikatan mulai dibangun. Selama kompetisi perserikatan, Persib tercatat pernah menjadi juara sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1961, 1986, 1990, dan pada kompetisi terakhir pada tahun 1994. Selain itu Persib berhasil menjadi tim peringkat kedua pada tahun 1950, 1959, 1966, 1983, dan 1985.

Keperkasaan tim Persib yang dikomandoi Robby Darwis pada kompetisi perserikatan terakhir terus berlanjut dengan keberhasilan mereka merengkuh juara Liga Indonesia pertama pada tahun 1995. Persib yang saat itu tidak diperkuat pemain asing berhasil menembus dominasi tim tim eks galatama yang merajai babak penyisihan dan menempatkan tujuh tim di babak delapan besar. Persib akhirnya tampil menjadi juara setelah mengalahkan Petrokimia Putra melalui gol yang diciptakan oleh Sutiono Lamso pada menit ke-76. Persib juga pernah menjamu klub-klub dunia seperti AC Milan

Sayangnya setelah juara, prestasi Persib cenderung menurun. Puncaknya terjadi saat mereka hampir saja terdegradasi ke Divisi I pada tahun 2003. Beruntung, melalui drama babak playoff, tim berkostum biru-biru ini berhasil bertahan di Divisi Utama.

Sebagai tim yang dikenal tangguh, Persib juga dikenal sebagai klub yang sering menjadi penyumbang pemain ke tim nasional baik yunior maupun senior. Sederet nama seperti Risnandar Soendoro, Nandar Iskandar, Adeng Hudaya, Heri Kiswanto, Adjat Sudradjat, Yusuf Bachtiar, Dadang Kurnia, Robby Darwis, Budiman, Nuralim, Yaris Riyadi hingga generasi Erik Setiawan merupakan sebagian pemain timnas hasil binaan Persib.
[sunting] Stadion dan Mess
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Stadion Siliwangi

Hingga saat ini, Persib masih menggunakan Stadion Siliwangi untuk memainkan laga kandangnya. Stadion ini lolos bersyarat sertifikasi BLI sehingga layak untuk digunakan di kompetisi Liga Super Indonesia. Kapasitas Stadion yang hanya 20.000 ini membuat seringnya terjadi pembludakan penonton, seperti ketika Persib menjamu Selangor FC dalam sebuah pertandingan persahabatan, juga ketika Persib menjamu Persema Malang di Divisi Utama tahun 2007.

Pada Indonesian Super League 2008/2009, Persib terpaksa harus meninggalkan Stadion Siliwangi setelah terjadi kerusuhan ketika menjamu Persija Jakarta pada pekan kedua. Ditambah situasi politik yang sedang memanas akibat berlangsungnya Pemilu 2009, Kepolisian Kota Bandung tidak lagi mengeluarkan surat ijin menyelenggarakan pertandingan di Stadion Siliwangi bagi Persib. Sebagai alternatif, dipilihlah Stadion Si Jalak Harupat, Soreang, Kabupaten Bandung, sebagai "home-base" hingga akhir musim kompetisi.

Berdasarkan permasalahan itulah Pemerintah Kota Bandung berencana membangun Sarana Olahraga baru, termasuk stadion, di kawasan Gedebage. Stadion itu sendiri, yang peletakan batu pertamanya dilakukan pada awal 2008, ini diproyeksikan untuk menjadi home-base Persib serta untuk menyelenggarakan SEA Games tahun 2011 nanti. Stadion ini juga direncanakan untuk digunakan pada Porprov Jawa Barat 2010. Saat ini, kontrak pembangunan stadion yang rencananya akan diberi nama West Java Stadium ini telah diperoleh PT Adhi Karya Tbk dengan nilai Rp495,945 miliar. Diperkirakan, pembangunan stadion ini akan memakan waktu 883 hari.

Untuk lapangan latihan, Persib menggunakan Stadion Persib di Jl. Ahmad Yani. Stadion yang dulunya dikenal dengan nama Stadion Sidolig ini direnovasi sejak tahun lalu. Kini di stadion tersebut terdapat lapangan latihan dengan rumput baru dan trek berlari serta di sampingnya terdapat mess untuk tempat tinggal para pemain dan staff Persib serta untuk kantor. Pada pertengahan bulan Juli diadakan rencana renovasi tahap kedua, yaitu merenovasi bagian depan stadion yang sekarang ini hanya merupakan ruko-ruko tempat menjual kaos persib dll. Rencana ini menimbulkan kerisauan bagi para pedagang di sekitar Stadion Persib karena mereka tidak akan mendapat penghasilan jika diwajibkan mengosongkan lahan bisnis mereka.

Sejak diresmikan, mess persib sudah beberapa kali mendapatkan masalah. Atap ruang VIP di mess pernah bocor and ambruk akibat pipa air yang bocor. Belum lagi masalah rumput lapangan yang mengering karena terlalu sering dipakai. Akhir-akhir ini atap mess juga bocor akibat musim hujan, sehingga menyebabkan licinnya lantai dan terganggunya aktivitas. Letak Stadion Persib yang berada di Jl. Ahmad Yani yang merupakan pusat keramaian juga membuat istirahat para pemain terganggu dan mudahnya para bobotoh untuk masuk ke dalam stadion.
[sunting] Prestasi

Salah satu catatan unik dari tim ini adalah ketika menjuarai kompetisi sepak bola Perserikatan yang untuk terakhir kalinya diadakan, yaitu pada tahun 1993/1994. Dalam pertandingan final, Persib yang ditulang-punggungi oleh pemain-pemain seperti Sutiono Lamso dan Robby Darwis mengalahkan PSM Ujung Pandang. Kompetisi sepak bola Galatama dan tim-tim Perserikatan di Indonesia kemudian dilebur menjadi Liga Indonesia (LI). Pada laga kompetisi LI pertama tahun 1994/1995, Persib kembali menorehkan catatan sebagai juara setelah dalam pertandingan final mengalahkan Petrokimia Putra Gresik dimana gol tunggal pada pertandingan tersebut dicetak oleh Sutiono. Persib juga merupakan satu-satunya klub Indonesia yang berhasil mencapai babak semi final Liga Champions Asia.
[sunting] Nasional
[sunting] Liga

* Perserikatan

Juara (5): 1937, 1961, 1986, 1990, 1994
Runner-up (8) : 1933, 1934, 1936, 1950, 1959, 1960, 1982/1983, 1984/1985

* Liga Indonesia

Juara (1): 1994/1995

* Liga Super Indonesia

Peringkat 3 (1) : 2008-09

[sunting] Piala

* Piala Persija

Juara (1): 1991

* Piala Kang Dada

Juara (1): 2008

[sunting] Internasional

* Liga Champions Asia

Perempat Final (1): 1995

[sunting] Pelatih legendaris

* Indra Tohir
* Nandar Iskandar

[sunting] Pemain legendaris

Sejak bermain di kompetisi Perserikatan, Divisi Utama hingga Liga Super, Persib Bandung terus memiliki pemain yang berprestasi baik di klub maupun di Tim nasional, para pemain tersebut berhasil mengangkat nama persib di kancah persepak bolaan nasional dan juga nama Tim nasional di kancah internasional.
[sunting] Nama-nama pemain persib yang cukup terkenal

* Adjat Sudradjat
* Robby Darwis
* Sutiono Lamso
* Yusuf Bachtiar
* Yaris Riyadi
* Yadi Mulyadi
* Adeng Hudaya
* Sobur
* Yudi Guntara
* Dede Iskandar
* Djajang Nurjaman
* Yudi Guntara
* Boy Jati Asmara
* Eka Ramdani
* Atep

[sunting] Pemain
[sunting] Skuad Senior
No. Posisi Nama pemain
18 Flag of Thailand.svg GK Sinthaveechai Hathairattanakool
20 Flag of Indonesia.svg GK Cecep Supriatna
1 Flag of Indonesia.svg GK Dedi Haryanto
5 Flag of Indonesia.svg DF Maman Abdurrahman
77 Flag of Indonesia.svg DF Chandra Yusuf Ahmad
30 Flag of Indonesia.svg DF Nova Arianto
4 Flag of Indonesia.svg DF Wildansyah
2 Flag of Indonesia.svg DF Edi Hafid Murtadho
17 Flag of Paraguay.svg DF Christian Rene Martinez
26 Flag of Indonesia.svg DF Aji Nurpijal
15 Flag of Thailand.svg MF Suchao Nuchnum

No. Posisi Nama pemain
3 Flag of Indonesia.svg MF Irwan Wijasmara
12 Flag of Indonesia.svg MF Gilang Angga Kusuma
27 Flag of Indonesia.svg MF Cucu Hidayat
16 Flag of Indonesia.svg MF Munadi
24 Flag of Indonesia.svg MF Hariono
8 Flag of Indonesia.svg MF Eka Ramdani (Kapten)
7 Flag of Indonesia.svg MF Atep
9 Flag of Indonesia.svg FW Airlangga Sucipto
10 Flag of Brazil.svg FW Hilton Moreira
13 Flag of Indonesia.svg FW Budi Sudarsono
99 Flag of Uruguay.svg FW Christian Gonzalez
[sunting] Persib Junior
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Persib Junior
[sunting] Staff
Posisi Nama
Manager Umuh Muchtar
Ass Manager Dedy Firmansyah
Pelatih Utama Jaya Hartono
Asisten Pelatih Robby Darwis
Asisten Pelatih Yusuf Bachtiar
Pelatih Kiper Anwar Sanusi
Pelatih Fisik Entang Hermanu
Pelatih U-21 Indra Tohir
Manager U-18 Edi Djukardi
Pelatih U-18 Asep Sumantri
Manager U-15 Sigit Iskandar
Pelatih U-15 Sabrun Hanafi
Dokter Tim Mohamad Rafi Ghani
Psikolog Hesdi Wahyudi
Bidang Umum Amin Suganda
Bidang Umum Zulkarnaen
Masseur Emen Suwarman
Masseur Sutisna
[sunting] Badan Hukum

PT. Persib Bandung Bermartabat
Posisi Nama
Direktur Utama Umuh Muchtar
Wakil Direktur Utama Muhammad Farhan
Direktur Keuangan Merdi Hazizi
Direktur Marketing dan Development Veby Permadi
Direktur Pengembangan Ari D. Sutedi
Komisaris Utama Zainuri Hasyim
Komisaris Kuswara S. Taryono
Wakil Komisaris Utama Pieter Tanuri
[sunting] Penggemar

Persib Bandung memiliki penggemar fanatik yang menyebar di seantero provinsi Jawa Barat dan Banten, bahkan hampir diwilayah Indonesia. mengingat catatan historis sebagai tim kebanggaan dari ibukota provinsi Jawa Barat. Penggemar Persib menamakan diri sebagai Bobotoh. Pada era Liga Indonesia, Bobotoh kemudian mengorganisasikan diri dalam beberapa kelompok pecinta Persib seperti Viking, Bomber, Rebolan, Jurig Persib, Casper dan Persib-1337. Viking merupakan organisasi Bobotoh dengan jumlah anggota terbanyak dan tersebar di penjuru Jawa Barat dan Banten. Adapun Bomber sekarang sudah bergabung dan menjadi salah satu distik Viking dengan nama Viking The Bomberman.

Kamis, 26 November 2009

HARI JADI BOGOR

1. Tanggal yang menjadi acuan

Hari jadi, dalam kaitan apapun juga, menyangkut identitas. Salah satu identitas Bogor yang cukup dominan di Jawa Barat adalah latar belakang sejarahnya karena di Bogor inilah terletak Ibukota Pajajaran dan di sinipula Siliwangi pernah hidup dan memerintah. Dua serangkai ini, PAJAJARAN dan SILIWANGI, merupakan salah satu kebanggan masyarakat Jawa Barat. Wajar sekali bila Pemerintah Daerah Kotamadya dan Kabupaten Bogor sepakat mengambil titik awal identitasnya dari dua serangkai ini.

Telah diungkapkan bahwa Jaman Pajajaran dimulai dengan pemerintahan Sri Baduga Maharaja yang dikenal dengan sebutan Prabu Siliwangi. Sri Baduga mulai memerintah tahun 1482 dan berlangsung selama 39 tahun. Sejak dia memerintah Pakuan dijadikan ibukota kerajaan menggantikan Kawali. PERISTIWA KEPINDAHAN itulah yang dijadikan titik tolak perhitungan HARI JADI BOGOR. Hubungan antara Bogor dengan peristiwa masa lalu sebenarnya tidak sulit dicari karena sejak lama disadari oleh orang-orang tua. Entje Madjid salah satunya (tokoh seni awal abad ke-20) sudah lama mencetuskan lirik "Pajajaran tilas Siliwangi, wawangina kasilih jenengan, kiwari dayeuhnya Bogor" (Pajajaran peninggalan Siliwangi, namanya semerbak mewangi, kini kotanya Bogor) Jadi beliau telah mengambil kesimpulan bahwa DAYEUH BOGOR adalah pengganti DAYEUH PAJAJARAN.

Pengambilan angka tahun 1482 berpijak pada telaah sejarah karena sumber yang ada akan menampilkan angka tahun itu sebagai awal masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi). Untuk bulan dan tanggal rupanya harus ditelusuri dari sumber sejarah dengan berpijak pada Upacara Tradisional dengan nama GURUBUMI dan KUWERABAKTI karena sumber-sumber sejarah itu tidak menuliskan secara eksplisit mengenai bulan dan tanggalnya. Berikut adalah penjelasan mengenai Upacara Gurubumi dan Kuwerabakti:

Dalam Lakon NGAHIYANGNA PAJAJARAN dikisahkan, bahwa di Ibukota Pajajaran selalu diadakan upacara Gurubumi dan Kuwerabakti setiap tahun. Dalam upacara itu hadir para pembesar dan raja-raja daerah. Upacara itu dimulai 49 hari setelah penutupan musim panen dan berlangsung selama 9 hari dan kemudian ditutup dengan upacara Kuwerabakti pada malam bulan purnama.

Kisah dari Pantun ini didukung oleh sumber lainnya, misalnya Kropak 406 yang memberitakan bahwa raja-raja daerah harus datang menghadap ke Pakuan setiap tahun. Diantara barang antaran yang dibawa raja-raja daerah, ikut serta juga "Anjing Panggerek" (Anjing Pemburu). Jadi dalam waktu perayaan yang 9 hari itu, kegiatan berburu juga dilakukan. Tome Pires menyebutkan, bahwa "the king is great sportman and hunter" (Raja adalah olahragawan dan pemburu yang ulung).

Fakta lain yang mendukung adalah upacara Gurubumi ini masih biasa dilakukan di daerah PAKIDULAN (bagian selatan Banten dan Sukabumi). Mengenai Kuwerabakti, para sesepuh di SIRNARESMI mengemukakan bahwa upacara itu hanya dilakukan di dayeuh. Meskipun Sirnaresmi ini terletak di Kecamatan Cisolok - Sukabumi, yang dimaksud dayeuh di sini adalah Bogor karena upacara Kuwerabakti ini dulu hanya dilakukan di Ibukota Pajajaran. Kaum adat Sirnaresmi adalah keturunan para pengungsi dari Pakuan waktu kota ini diserang Banten.

Dari cerita terdahulu digambarkan bahwa latar belakang KEBUDAYAAN MASYARAKAT PAJAJARAN adalah PERTANIAN LADANG. Di Jawa Barat, Masyarakat Ladang murni hanya tinggal Masyarakat BADUY di Kanekes (Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak). Dalam hal ini, yang berkaitan dengan Upacara Gurubumi dan Kuwerabakti adalah SIKLUS PERTANIANNYA, terutama menyangkut musim panennya. Kalender Pertanian Masyarakat Baduy sejalan dengan PRANATAMANGSA yang pada masa lalu juga digunakan oleh masyarakat tani di seluruh Pulau Jawa dan Bali. Perbedaan usia bulan memang ada, tetapi jumlah hari dalam setahun tetap sama, yaitu 365 hari. Kedua kalender itu pun berpedoman kepada BENTANG WULUKU (bentang=bintang). [Di Kanekes dan Kiarapandak (Cigudek), Bentang Waluku ini masih disebut Bentang Kidang (Sunda)] Gugus bintang ini terletak pada rasi Orion. Kadang-kadang juga digunakan gugus bintang tetangganya, yaitu Kereti (Kartika atau Pleyades) yang terdapat pada rasi Taurus. Pengamatan astronomi traditional ini bertujuan untuk mengamati musim, sebab baik diladang maupun di sawah, musim tanam padi harus pada MUSIM LABUH (Sunda: Dangdangrat), yaitu musim hujan awal yang jatuh pada minggu ketiga bulan September. Musim panen jatuh pada bulan Maret karena usia padi rata-rata 5 bulan 10 hari, kecuali padi jenis HAWARA yang usinya lebih pendek. [Kalender Baduy diawali dengan KAPAT atau SAPAR. Upacara musim panen di Kanekes hanya diadakan di Kajeroan yaitu upacara KAWALU. Upacara pergantian tahun (NGALAKSA) diadakan 3 hari sebelum tahun berganti. Upacara Kawalu jatuh pada bulan Maret, sedangkan Upacara Ngalaksa di adakan Bulan Katiga (pranatamangsa: Sada) yang jatuh pada bulan Juni]

Dari uraian Pantun di atas diperkirakan bahwa untuk tahun 1482, Upacara Kuwerabakti dilangsungkan pada tanggal 2 Juni, malam 3 Juni. Tanggal 3 Juni 1482 inilah secara resmi kegiatan upacara selama 9 hari di Ibukota itu berakhir. [Upacara Gurubumi yang di adakan 49 hari setelah panen dimaksudkan agar raja-raja daerah berkesempatan mengadakan upacara penutupan panen di daerahnya masing-masing sebelum berangkat ke ibukota. Seperti contohnya yang masih terjadi di Kanekes. Upacara di daerah itu jatuh pada sekitar bulan Maret]

Yang menjadi titik perhatian dalam masalah ini adalah mulai berfungsinya kembali Pakuan sebagai pusat pemerintahan. Wajar sekali bila peristiwa itu dirayakan dan disyukuri yang bersamaan dengan memberikan pengumuman kepada raja-raja daerah bahwa sejak saat itu pusat pemerintahan ada di Pakuan. [Dalam naskah Wangsakerta yang mengandung nilai sejarah lebih tinggi dibanding naskah-naskah tradisional diberitakan, bahwa waktu itu Sri Baduga baru dinobatkan dan beberapa hari menempati kedatuan Sri Bima. Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa penobatan Sri Baduga Maharaja menjadi Susuhunan Pajajaran terjadi pada bulan Maret/April tahun 1482. Perayaan besar dan peresmian Pakuan menjadi pusat pemetintahan tentu dilangsungkan dalam peristiwa Upacara Gurubumi dan Kuwerabakti terdekat. Untuk 1482, upacara dimulai tanggal 25 Mei dan ditutup 9 hari kemudian]

SEKITAR HARI JADI BOGOR

2. Bogor sebagai alur kehidupan

Topografi Pakuan dibentuk oleh dua sungai, yaitu Cisadane dan Cihaliwung sehingga tak heran kalau kedua sungai itu selalu disebut dalam rajah pantun. [Sisipan ha pada Cihaliwung hanyalah melengkapi suku kata menjadi 8 buah untuk kepentingan matra. Oleh karena itu tak perlu disalah tafsirkan dengan selokan kecil Cihaliwung pada alur Cikahuripan di belakang Pajaratan Embah Dalem di Batutulis] Kelenkapan alami di Pakuan ini disempurnakan oleh Dalem Aria Natanagara dengan pembuatan saluran yang menghubungkan Cisadane dan Ciliwung. [Karya besar ini tidak kalah nilainya dengan Parit Pakuan Karya Prabu Siliwangi yang membentang sepanjang jalur rel kereta api dari Jembatan Bondongan sampai Station Batutulis] Pembangunan saluran buatan itu sebenarnya dimaksudkan untuk mengairi pesawahan yang waktu itu masih dibangun. Akan tetapi oleh orang-orang tua peristiwa itu ditanggapi dari sisi lainnya. Pak Cilong menganggap pembuatan saluran itu sebagai suatu PERKAWINAN ALUR HIDUP. Ia mengartikan kejadian itu dengan "Ngadanikeun nu laliwung" (menyadarkan yang pada bingung). [Menurut dia, DANE atau DANI artinya sadar atu eling, arti kiasannya jernih, benih yang sewarna dengan putih. Sedangkan LIWUNG diartikan bingung atau kusut pikiran, arti kiasannya keruh, kusam yang sewarna dengan hitam] Pandangan orang tua ini sejalan dengan pandangan umum yang menilai kehidupan dari sudut serba-dua. Misalnya JASAD yang fana (terdiri atas materi dan menjadi sarang nafsu) dan JIWA yang abadi (yang lembut supra-materi dan menjadi sumber budi). Demikianlah putih dan hitam yang dijadikan perlambang kehidupan dan itu pulalah makna Cisadane dan Ciliwung yang airnya dipadukan melalui alur Cipakancilan, menurut Pak Cilong.

[Sejalan dengan hal di atas, ada kenyataan ganjil pada cara berpakain orang Baduy di Kanekes. Tumbuhan tarum untuk bahan mencelup pakaian terdapat di seluruh daerah ini. Akan tetapi tradisi mereka tetap mengharuskan ORANG KAJEROAN tetap berikat kepala putih, sedangkan ORANG PANAMPING berikat kepala biru kehitaman (karena dicelup dengan tarum atau nila?). Tentu saja kenyataan seperti ini bukan hanya masalah teknis.

Sundapura (Kota Sunda) adalah ibukota kerajaan Taruma yang dibangun Purnawarman. Kata Sunda (menurut Macdonell) mengandung arti putih atau bersih, ini sejalan dengan arti dani atau dane. Sedangkan Tarum mengandung arti nilai yaitu warna antara biru dengan hitam, dan ini sejalan dengan arti liwung]

Brigjen Polisi Purnawarman R. GOJALI SURIAAMIJAYA dan Alm. Dadang Ibnu (salah satu pembantu Oto Iskandardinata) dari Sukaraja mengajukan kisah yang sama, bahwa lambang Galuh adalah HARIMAU KUMBANG, sedangkan lambang Pajajaran adalah HARIMAU PUTIH. Di sini yang ditonjolkan bukan harimaunya, melainkan warnanya, yaitu warnah putih dan kumbang (warna antara biru dengan hitam). Jadi pola ini menunjukkan hal sama dengan pola sebelumnya. [Orang Pulau Jawa menyadap kata WYAGHRA dari bahasa Sangsakerta yang mengandung arti HARIMAU atau PAHLAWAN. Dalam Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa parwa I sarga 1, dikisahkan bahwa Purnawarman yang selalu unggul dalam peperangan itu dijuluki WYAGHRA NING TARUMANAGARA atau Harimau Tarumanagara. Jadi, ada tradisi yang mengasosiasikan harimau dengan perbuatan kepahlawanan. Ki Buyut Rambeng dalam lakon DADAPMALANG menggunakan sebutan MAUNG SELANG untuk para senapati Pajajaran. Konon, harimau ini kecil tetapi terkenal garang (menurut Coolsma, "tijger met zwarte grondkleur roode strepen" = harimau dengan bulu dasar hitam bergaris merah)]

Patung Harimau peninggalan masa silam belum ditemukan, tetapi agama Budha memperkenalkan patung singa pengawal seperti tampak di pelataran Candi Borobudur. Singa adalah lambang Sidharta Gautama yang sebeum menjalanai kehidupan sebagai Budha menjadi pahlawan bangsanya dengan gelar Ksatria Sakyasimha (singa bangsa Sakya). Ikonografi di Borobudur menampilkan patung singa-pengawal dengan sikap duduk seragam seperti Spinx dekat Piramida Gizeh di Mesir. Duduk pada kaki belakang dan bertopang pada kedua kaki depan yang dilipat menjulur ke depan sambil menegakkan dada. Itulah sikap santai, tenang dan anggun tetapi penuh kewaspadaan tanpa menampilkan sikap mengancam. Dengan sikap duduk seperti itu, hewan jenis harimau dan singa dapat langsung berdiri dengan sekali gerakan lompat.

Masyarakat traditional di Jawa Barat pada tahun 1930-an selalu membuat tabungan (cengcelengan) berbentuk harimau dengan sikap duduk seperti singa-pengawal di Borobudur itu. Hal ini tentu saja diwarisinya turun-temurun. Itulah kajian yang melatar-belakangi sikap duduk patung harimau di depan Balai Kota Bogor.

Pertanyaannya sekarang adalah, adakah sebenarnya harimau yang berwana putih? Pertanyaan yang sama dapat pula diajukan untuk patung badak putih atau sosok wayang Anoman. Pernahkan pula ada burung rajawali yang berbulu ekor 8 helai, bersayap 17 helai dan berbulu leher 45? Mungkin ada, entah di mana. Yang jelas ada dalam MITOS dan LEGENDA atau KISAH ORANG-ORANG TUA. Tapi bila kita sanksikan bagaimana kisah kepergian Surawisesa atas perintah ayahnya (Siliwangi) ke Malaka dalam lakon pantun digubah menjadi kepergian Mundinglaya Dikusuma ke Kahiyangan mencari Lalayang Salakadomas, dan tokoh Alfonso d'Albuquerque digantikkan posisinya oleh tokoh Sunan Ambu, dapatlah disimpulkan bahwa kisah-kisah ajaib seperti itu bernilai simbolik dan menyembunyikan sesuatu kenyataan. Tidak mungkinkah kisah gaib harimau kumbang dan harimau putih itu juga melambangkan kaitan historis antara Tarumanagara (tarum=nila=hitam) dengan Sunda (putih)?.

Terlepas dari itu semua, orang sependapat bahwa harimau menjadi lambang kepahlawanan dan putih melambangkan kesucian, kemurnian, kejujuran dan keadilan. Patung harimau putih hanyalah hiasan yang mudah-mudahan mampu mengingatkan kita apa arti keadilan dan kejujuran dalam ajaran moral sebagai bagian warga negara Republik Indonesia. "The Kingdom of Sunda is justly governed" (kata Tome Pires) patut kita buktikan, minimal di sebagian kecil bekas ibukotanya.

Taruma-Sunda adalah identitas sejarah Bogor. Ciliwung-Cisadane menjadi identitas topografinya (waruga). Sesuai dengan makna yang terkandung di dalamnya, Kotamadya Bogor memiliki bendera pengenal yang berwarna TARUM dan PUTIH dengan lambang daerah di tengahnya. Silahkan baca saja bendera itu dengan KOTAMADYA BOGOR DI ATAS LAHAN CILIWUNG DAN CISADANE.

Uraian ini ditambahkan sebagai pelengkap dengan maksud memandang ke sisi lain tempat orang-orang tua yang bijak merenungkan sesuatu di luar wujud materi. Manusia modern pernah beranjak terlalu jauh dan menganggap dirinya berhadapan, bahkan berhak menaklukkan alam. Namun pengalaman membuktikan bahwa mereka hanya sebagian dari alam itu. Menaklukkan alam berarti memusnahkan diri sendiri karena lingkungan hidup itu BUKAN UNTUK PARA PENGHUNINYA, melainkan TERDIRI ATAS PARA PENGHUNINYA.

bogor menurut para ahli

BOGOR – Bagi sebagian masyarakat Jawa Barat, Kerajaan Tarumanagara, Pajajaran, Galuh, Pakuan, Kawali adalah bagaikan cerita diantara mitos dan sejarah. Tak jelas lagi yang mana mitos dan yang mana sejarah. Masyarakat, banyak sekali yang mengenal kerajaan dan tokoh-tokohnya sebatas nama yang dipakai untuk nama jalan seperti misalnya jalan Pajajaran atau Wastu Kencana, dan ada sebagian kecil yang mengenal melalui karya-karya sastra seperti Mundinglaya Dikusuma, .. atau dari sejenis kakawihan (senandung) seperti Ayang-ayang Gung yang menceritakan tokoh Ki Mas Tanu, … pribumi perwira kompeni Belanda yang dalam dirinya terbersit muncul rasa bangga akan kejayaan Pajajaran ketika membuka wilayah di atas puing kerajaan, …walau pada akhir cerita beliau menderita dua kerugian..dikucilkan oleh kompeni dan dicaci sebagai penghianat oleh masyarakat pribumi, …konon katanya …dan tetap tidak banyak diketahui siapa tokoh Ki Mas Tanu itu, …fiktifkah, samarankah, atau realita yang terkubur dan terlupakan terlindas pergantian jaman. Juga boleh jadi nama “Sunda” sendiri sebagai sebutan wilayah Jawa Barat tak banyak diketahui asal-usulnya oleh masyarakat setempat.
Tentu saja masih banyak mitos, legenda atau riwayat tokoh-tokoh dan kerajaan yang masih hidup dalam cerita masyarakat yang mungkin bisa dirunut dan dijelaskan lebih rinci sebagai bagian dari sejarah atau kenyataan di masa lalu yang layak untuk dijadikan’pelajaran’ … Mudah-mudahan tulisan dan site ini bisa menjadi salah satu penjelas, serta akan menjadi suatu ke

Kamis, 19 November 2009

Bertawakal dalam belajar



Masalah rezeki
Adalah menjadi suatu keharusan bagi seorang penuntut ilmu bertawakal atau berserah diri kepada Allah dalam menuntut ilmu dan tidak usah merasa susah akan rizki dan hati karena disibukan oleh masalah masalah yang dapat melupakan kewajiban sebgai seorang pelajar abu hanifah meriwyatkan dari Abdullah bin hasan al zubaidi,yaitu seorang sahabat rasulullah “barang siapa mendalami agama Allah,maka Allah akan mencukupi kebutuhannya dn memberinya rezeki dari arah yang tidak disangkanya .” sesungguhnya orang yang hatinya penuh dengan urusan rezeki,baik makanan ataupun pakaian ,maka kecil kemungkinan ia meraih tempat yang mulya dan ilmu ilmu pengetahuan tantang segala sesuatu.
Suatu saat ada seorang laki laki berkata kepada manshur al hallaj “berilah aku wasiat ‘maka beliau menjawab ‘wasiatku adalah hawa nafsu,bila tidak dapat menundukannya maka ia akan menundukanmu “ maka setiap orang sebaiknya menyibukan dirinya dengan amalan amalan kebajikan sehingga sama sekali tidak disibukan oleh hawa nafsunya .orang yang berakal tidak akan gundah memikirkan urusan urusan dunia karena kegundahan dan kesedihanya tidak dapat menghindarkan musibah dan tidam member manfaat.sebaliknya,malah ia akan membahayakan hati,akal dan fisiknya serta menodai amal kebaikn yang dimilikinya maka seoptimal mungkin bagi soerang pelajar mengurangi kesibukan kesibukan dalam urusan duniawi .dan banyak orang yang memilih belajar di perantauan.dengan berbekal yakin maka segala urusan yang berkaitan dengan belajar ada yang menjaminnya
Prihatin
Bagi seorang pelajar juga harus menanggung segala kesulitan dan keprihatinan semasa belajar sebagai mana pernah di ungkapkan oleh nabi musa tentang bepergian mencari ilmu “aku benar benar menemui kesulitan dalam bepergianku ini’ucapan ini tidak pernah beliau dengar kecuali dalm bepergian menuntut ilmu .hal ini agar di sadari bagi para penuntut ilmu agar nersabar karena masalah ini tidak pernah luput dari seorang pencari ilmu memang segala kemulyaan yang di dapatkan di awali dari kepayahan dan kesulitan.namun di balik itu ada pahala yang begitu besar bagi par penuntut ilmu yaitu pahla yang lebih besar dari pada ikut berperang .namun Sesutu pahala atau balasan di sesuaikan dengan apa yang dilakukan . bila seorang mau bersabar dalam menghadapi kesulitan,maka akan menemui kenikmatan ilmu tersebut melebihi dari kenikmatan yang lainnya yang ada di dunia .karena inilah muhamad ibnul hasan ketika tidur diwaktu malam lantas terpecahkan segala msalah yang dihadapinya,ia berkata “dimana arti kenikmatan menjadi putra raj abila dibandingkan dengan yang aku alami sekarang “.hendakanya seorang peljar tidak memanfaatkan waktunya dengan Sesutu hal apapun kecuali hanay untuk ilmu.imam Muhammad berkata”apa yang telah kami lakukan ini adalah sejak dari buaian hingga liang kubur.bila seseorang meninggalkan ilmu sesat saja maka akan tertinggal sepanjang hidupnya
Seorang ahli fikih ,ibnu jarrah menjenguk aabu yusuf ketika sakit menjelang ajalnya .abu yusuf bertanya kepadanya “lebih utama mana melempar jumrah dengan berkendara atau berjalan “?ahli fikih itu tidak menemukan jawabannya ,lalu abu yusuf menjawa sendiri pertanyaanya “sesungguhnya melempar jumrah dengan berjalan kaki lebih di sukai oleh para orang terdahulu .memang selayaknya bagi sorang penuntut ilmu untuk lebih memilih hal hal yang sukar dalam menuntut ilmu

EVALUASI PROGRAM PENGAJARAN

Program pengajaran merupakan suatu rencana pengajaran sebagai panduan bagi guru atau pengajar dalam melaksnakan pengajaran. Agar pengajaran bisa berjalan dengan efektif dan efisien, maka perlu kiranya dibuat suatu program pengajaran. Program pengajaran yang dibuat oleh guru tidak selamanya bisa efektif dan dapat dilaksanakan dengan baik, oleh karena itulah agar program pengajaran yang telah dibuat yang memiliki kelemahan tidak terjadi lagi pada program pengajaran berikutnya, maka perlu diadakan evaluasi program pengajaran.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam tulisan ini adalah: Apakah yang dimaksud dengan evaluasi program? mengapa evaluasi program perlu dilaksanakan? Apakah yang menjadi objek atau sasaran dari evaluasi? dan Bagaimanakah cara melaksanakan evaluasi program?
Menurut Arikunto (1999: 290) "Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat keberhasilan program". Ada beberapa pengertian tentang program itu sendiri, diantaranya program adalah rencana dan kegiatan yang direncanakan dengan seksama. Jadi dengan demikian melakukan evaluasi program adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang direncanakan.
Yang menjadi titik awal dari kegiatan evaluasi program adalah keingintahuan penyusun program untuk melihat apakah tujuan program sudah tercapai atau belum. Jika sudah tercapai bagaimana kualitas pencapaian kegiatan tersebut, jika belum tercapai bagaimanakah dari rencana kegiatan yang telah dibuat yang belum tercapai, apa sebab bagian rencana kegiatan tersebut belum tercapai, adakah factor lain yang mempengaruhi ketidakberhasilan program tersebut.
Untuk menentukan seberapa jauh target program sudah tercapai, yang menjadikan tolak ukur adalah tujuan yang sudah dirumuskan dalam tahap perencanaan kegiatan sebelumnya.
Sasaran evaluasi adalah untuk mengetahui keberhasilan suatu program. Sebagimana yang dikemukakan oleh Ansyar (1989: 134) bahwa ".evaluasi mempunyai satu tujuan utama yatu untuk mengetahui berhasil tidaknya suatu program" Guru adalah orang yang paling penting statusnya dala kegiatan belajar mengajar, karena guru memegang tugas yang amat penting, yaitu mengatur dan mengemudikan kegiatan kelas. Untuk membuat proses belajar mengajar lebih efektif maka tugas guru adalah menciptakan suasana kelas yang kondusif untuk pembelajara. Untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif tersebut perlu dirancang program pengajaran. Berhasil tidaknya suatu program pengajaran, tentu tidak bisa diketahui begitu saja, tanpa adanya evaluasi program. Oleh karena itu evaluasi program perlu dilaksanakan oleh guru dalam rangka mengetahui seberapa jauh proram pengajaran telah berlangsung atau terlaksana, dan jika terlaksana seberapa baik pelaksanaan program tersebut. Pendek kata, evaluasi program dilaksanakan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari program pengajaran.

Mari Kita Lestarikan Budaya Kuliner Nusantara..


Mlekum pemirsa.... ne ne ne photo babe lagi nyantap Pitik khas kediri euy....ma nyus deh pokonya.....